FundamentalisBahkan ternyata saya fundamentalis, maka secara membabibutatuli fanatik berpegang teguh kepada kenaifan untuk nekad berpikir positif padahal pada kenyataan sudah berulang kali terbukti bahwa manusia tidak sebaik yang saya harapkan.
Sejarah peradaban umat manusia telah membuktikan betapa manusia tidak sebaik seperti yang saya yakini mulai dari Bharatayudha sampai ke Perang Dunia I disusul Perang Dunia II dilanjutkan Perang Korea, Perang Vietnam, Tragedi G-30-S, Malapetaka Mei 1998, dan lain lain angkara murka sesama manusia membinasakan sesama manusia di Aceh, Maluku, Poso, Papua, Rwanda, Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Myanmar dan entah mana lagi di berbagai pelosok marcapada ini.
Kegagalan Saya juga naif dalam mengharapkan pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump di Vietnam akan membuahkan kesepakatan untuk berdamai demi menghentikan perseteruan Korut dan Amerika Serikat yang memecah belah bangsa Korea serta mengancam perdamaian di Asia yang secara langsung mengancam perdamaian di planet bumi yang cuma satu-satunya di alam semesta ini.
Kenaifan saya sudah terbukti mubazir dengan fakta tak terbantahkan bahwa pertemuan Kim dan Trump di Hanoi terbukti hanya berhasil dalam makan malam bersama di hotel termewah Vietnam tanpa membuahkan kesepakatan apa pun, kecuali kelanjutan sesumbar Donald Trump bahwa dirinya telah berjasa besar dalam menghadirkan perdamaian dunia.
Yang bersyukur
alhamdullilah adalah para industriwan senjata dunia yang kuatir kehilangan pasar apabila Trump berhasil menjalin kesepakatan damai dengan Kim.
Indonesia juga layak bersyukur sebab apabila Korea Utara berdamai dengan Amerika Serikat dikuatirkan industri senjata akan sibuk mencari pasar baru demi memasarkan produk mereka. Bukan mustahil mereka memilih Indonesia menggantikan Korea.
Harapan
Mohon dimaafkan meski sudah berulang kali terbukti konyol, namun saya tetap nekad bersikap naif dalam meyakini bahwa manusia pada dasarnya baik demi mengharap Kim dan Trump kembali sudi menyelenggarakan pertemuan entah di mana lagi demi berupaya menjalin kesepakatan damai.
Juga saya tetap yakin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa berbudi pekerti luhur maka saya tetap berharap bahwa sesama warga Indonesia berkenan berhenti saling benci, saling hujat, saling fitnah dan saling mengriminalkan sesama warga Indonesia, demi kembali bersatu padu menyelenggarakan pemilihan umum memilih presiden untuk masa bakti 2019-2024 dalam suasana tertib, aman, damai dan beradab. Merdeka!
Penulis adalah rakyat Indonesia yang mendambakan masyarakat adil dan makmur hidup bersama di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.