Pembangunan Berkelanjutan Masyarakat Baduy

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Selasa, 19 Februari 2019, 07:29 WIB
Pembangunan Berkelanjutan Masyarakat Baduy
Foto :Net
KANTOR Berita Antara memberitakan bahwa masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, menolak bantuan dana desa sebesar Rp 2,5 miliar yang dikucurkan pemerintah Joko Widodo untuk pembangunan infrastruktur.

Alasan


Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Pemkab Lebak, Rusito  pengalokasian bantuan dana desa tahun 2019 untuk masyarakat Baduy sebesar Rp 2,5 miliar ditolak berdasarkan keputusan adat mereka.

Masyarakat Baduy mengkhawatirkan jika menerima dana desa untuk pembangunan infrastruktur tergusur nilai-nilai budaya dan adat mereka hilang.

Permukiman adat Baduy menolak apa yang disebut sebagai kehidupan modern, termasuk pembangunan jalan, penerangan listrik dan alat-alat elektronik.

Masyarakat Baduy patuh dan taat terhadap adat leluhurnya, sehingga keberatan jika permukiman adat itu mendapat bantuan dana desa. "Pembangunan infrastruktur yang dikhawatirkan masyarakat Baduy ke depan terhubung dengan jalan-jalan beton dan aspal di kawasan permukiman mereka," kata Rusito.

Pembangunan Berkelanjutan

Berita masyarakat Baduy menolak bantuan dana desa untuk pembangunan infra struktur membuktikan bahwa pada hakikatnya masyarakat adat memahami makna adiluhur yang terkandung di dalam agenda Pembangunan Berkelanjutan yang telah disepakati oleh para anggota Persatuan Bangsa Bangsa, termasuk Indonesia, sebagai pedoman pembangunan infra struktur tanpa mengorbankan alam dan manusia di planet bumi abad XXI.

PBB telah menyadari bahwa pembangunan infra struktur dapat diselenggarakan tanpa mengorbankan alam dan manusia. Keyakinan bahwa pembangunan hanya bisa dilakukan dengan wajib mengorbankan alam dan manusia justru sudah anakronis alias ketinggalan zaman.

Pembangunan infra struktur bukan tujuan namun sekedar alat untuk mencapai puncak peradaban umat manusia yaitu kemanusiaan adil dan beradab.

Ekosistem


Secara empiris kultural historis masyarakat adat termasuk masyarakat adat Baduy telah nyata membuktikan bahwa manusia mampu kalau mau membangun infra struktur sesuai kebutuhan masing-masing tanpa mengorbankan alam apalagi diri mereka sendiri.

Yang Maha Kuasa telah menciptakan ekosistem yang merajut dan menjalin keterkaitan dan ketergantungan segenap unsur kehidupan satu dengan lain-lainnya justru demi melestarikan kehidupan di alam semesta ini.

Setiap masyarakat adat pada hakikatnya adalah pihak yang paling memahami tentang kebutuhan dalam apa yang disebut sebagai pembangunan infrastruktur demi  kesejahteraan dan kemakmuran masing-masing yang tidak layak dipaksakan untuk seragam sama dan sebangun di segenap pelosok planet bumi ini.

Maka dari lubuk sanubari terdalam, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada masyarakat Baduy yang telah memberikan pencerahan kearifan lokal tentang inti makna adiluhur yang terkandung di dalam agenda Pembangunan Berkelanjutan. [***]


Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan



< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA