Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Membaca Trend Globalisasi (19)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Kimia Kebahagiaan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 24 Desember 2018, 09:39 WIB
Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Kimia Kebahagiaan
Nasaruddin Umar/Net
DALAM artikel terdahulu di­ungkapkan bagaimana Ja­bir ibn Hayyan menemu­kan konsep ilmu kimianya diinspirasi melalui shalat tahajjud. Ternyata temuan lain juga banyak ditemukan oleh para ilmuan, filosof, dan sufi di tengah keheningan malam melalui kontemplasi yang amat tenang. Sufi-ilmuan seperti Jabir Ibn hayyan menganalogikan martabat wujud mate­rial dan wujud non material. Logam biasa (yang bercampur dengan unsur lain) berbeda dengan logam mulia. Logam mulia (emas) kualitasnya istimewa, tidak berkarat, warnanya terarang dan hidup, harganya lebih mahal, dan dapat mem­berikan kepuasan kepada banyak orang jika sudah dibentuk menjadi perhiasan. Analoginya terhadap wujud non material, seperti jiwa mis­alnya, jiwa yang biasa masih terkontaminasi dengan berbagai kotoran, tetapi setelah dilaku­kan penempaan, pembersihan, dan penyucian maka jadilah jiwa yang suci-bersih, jiwa yang memberikan pencerahan terhadap pemiliknya dan orang-orang lain yang diajak berinteraksi. Amat jauh bedanya antara jiwa yang kotor den­gan jiwa yang bersih, seperti jauhnya perbedaan antara logam biasa dengan logam murni (emas), dan antara batu dengan permata. Di sinilah per­an Kimia secara holistic: Mengubah suatu sub­stansi ke substansi lain yang lebih mulia.

Imam Al-gazali yang bernama lengkap Mu­hammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali lahir pada tahun 450H/1058Mdi Thus, Khurasan, Iran. Ia seorang ulama, ahli fikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Beliau pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhami­yah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada tahun 505H/ 1111M. Imam Al-Gazali menulis banyak buku, yang paling popular kitab Ihya' 'Ulum al-Din, 4 jilid dan salahsatu di antaranya ialah Kimiya al- Sa’adah. Buku terakhir ini merupakan pengem­bangan konsep Alkimia Jabir ibn Hayyan men­jadi lebih mendalam. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam beberapa versi. Satu versi menerjemahkannya dengan "Kimia Kebahagiaan" dan yang lainnya menerjemah­kan "Kimia Hati" dan "Kimia Rohani". Buku ini tipis tetapi memberikan inspirasi bagi setiap orang untuk melakukan transformasi spiritual. Inti buku ini ialah bagaimana mengubah jiwa yang rendah, gelap, dan buruk menjadi jiwa yang bersih, suci, dan agung.

Al-Gazali menulis buku Kimiya al-Sa’adah kelihatannya diinspirasi oleh karya-karya Jabir ibn Hayyan yang dikenal sebagai bapak Alkimia dan Kimia. Menurut pandangan Imam Al-Gaza­li, kalau dalam ilmu kimia memerlukan peroses tertentu untuk mengubah suatu substansi yang rendah menjadi substansi lebih mulia (emas) dan mungkin membutuhkan laboratorium khusus untuk itu, maka demikian pula halnya jiwa, memerlukan penempaan berupa zuhud, mujahadah, dan riyadhah.

Zuhud diartikan sebagai upaya untuk memi­liki diri sendiri sehingga tidak gampang didikte oleh dunia, seperti harta, tahta, status, dan naf­su kebinatangan. Orang yang menjalani prak­tek zuhud (zahid) tidak mesti harus menjauhi dunia apalagi membencinya. Akan tetapi fak­tor dunia bukan lagi menjadi referensi utama di dalam menentukan langkah di dalam men­jalani kehidupan. Ia begitu tulus, ikhlas, pas­rah (tawakkal), sabar, dan istiqamah menem­puh kehidupan. Mujahadah ialah melakukan kesungguhan hati, pikiran, dan badan di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya ke­pada Allah Swt.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA