Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Semakin Jelas, Tak Ada Peran Lucas Dalam Kasus Pelarian Eddy Sindoro

Jumat, 21 Desember 2018, 09:54 WIB
Semakin Jelas, Tak Ada Peran Lucas Dalam Kasus Pelarian Eddy Sindoro
Eddy Sindoro/Net
rmol news logo Persidangan kasus merintangi penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap eks bos Lippo Group Eddy Sindoro dengan terdakwa Lucas kembali digelar di Pengadilan Tipikor, kemarin.
 
Sama seperti sidang pekan lalu, saksi menyebut tidak ada keter­libatan Lucas dalam kasus ini. Saksi yang dihadirkan adalah Duty Executive Air Asia, Yulia Shintawati alias Shinta.

Shinta berperan sebagai pen­jemput Eddy saat tiba di Bandara Soetta usai dideportasi dari Malaysia, akhir Agustus 2018. Saat itu, Eddy dideportasi sete­lah 2 tahun kabur ke luar negeri. Dia yang mengurus penjemputan Eddy memakai mobil Air Asia di Bandara Soetta. Dakwaan jaksa menyebut mobil itu berhenti di depan pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan AK 380 yang baru mendarat. Mobil lalu dipacu ke Gate U8 terminal 3 Bandara Soetta untuk mengan­tarkan Eddy naik ke pesawat rute Jakarta-Bangkok tanpa melalui proses imigrasi.

Dalam kesaksiannya, Shinta menyebut, nama Lucas tak pernahtersebut dalam rencana pen­jemputan Eddy Sindoro. "Tidak ada," tegasnya. Dia juga tidak melihat ada Lucas di bandara Soetta saat menjemput Eddy pada 29 Agustus 2018.

Permintaan untuk menjemput Eddy itu datang dari Dwi Hendro Wibowo alias Bowo, pegawai PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta). "Saya diminta tolong Bowo, Agustus 2018 untuk handle tamunya," ungkap dia.

Bowo sendiri bilang kepada Shinta bahwa itu adalah permint­aan dari Dina Soraya. "Bowo bi­lang ini mbak Dina minta tolong lewat dia untuk menghandle tamunya," tutur Shinta.

Dina, yang dikenal Shinta sejak tahun 2017 memang kerap minta tolong kepadanya melalui Bowo. Misalnya, untuk "mem­beli" bagasi.

Shinta menyanggupi permintaan itu lantaran mengira Dina adalah Sekretaris Perusahaan AirAsia. Asumsi itu muncul karena dia melihat Bowo mengenakan kartu identitas (id card) AirAsia. "Dia (Dina) minta tolong ke Bowo, aku lihat Bowo orang Airasia dari id-nya. Jadi saya pikir dia (Dina) adalah salah satu sekre­taris AirAsia," bebernya.

Dina juga pernah meminta tolong langsung kepada Shinta saat mereka bertemu di di Jl. Cipaku IV No. 16 Kebayoran Baru, pada tanggal 20 Agustus 2018. Pertemuan itu juga di­hadiri Bowo. Saat itu Dina bi­lang, 'Shin nanti bantuin Bowo untuk assist orang ini ya'. Shinta kemudian menjawab, 'kalau orangnya naik AirAsia nanti saya bantuin, mbak'. "Jadi itu permintaan tolong atau perin­tah?" tanya kuasa hukum Lucas, Aldres Napitupulu. "Bisa perin­tah sih," jawab Shinta.

Dalam pertemuan itu, menurut BAP Shinta yang dibacakan Aldres, Dina juga berpesan ke Bowo agar memberi Shinta im­balan. Dina katakan ke Bowo, 'nanti lu kasih lah Shinta' yang dijawab Shinta dengan 'gam­pang lah mba'.

Dikonfirmasi soal itu, Shinta mengiyakan. Dia mengakui sempat ditawarkan Iphone X oleh Bowo. "Saya dihubungi Bowo melalui Whatsapp call, sekitar belasan Agustus. Dia menyam­paikan apakah saya mau iphone X. Saya bilang siapa sih yang ng­gak mau iphone X," akunya.

Tapi, belakangan Shinta memilih uang cash. Dua hari setelah selesai melakukan penjemputan Eddy, dia ditransfer uang se­jumlah Rp 20 juta dari Bowo. Shinta mengaku kaget karena biasanya dia hanya menerima tip antara sejuta hingga gdua juta rupiah. Tetapi kuasa hukum Lucas mencecarnya.

"Iphone X harganya nggak jauh-jauh juga dari Rp 20 juta. Kok dikirimin Rp 20 juta kaget. Kaget atau senang?" tanya Aldres. "Seneng lah pak, dikasih uang," jawab Shinta, cepat. Uang itu akh­irnya dikembalikan Shinta ke KPK sehari usai menjalani pemeriksaandi kantor komisi antirasuah itu pada 24 September lalu.

Usai persidangan, Aldres me­nyebut dari keterangan Shinta, semakin jelas yang berperan besar ini adalah Dina dan Jimmy alias Lie. "Saksi ketemu sama terdakwa tidak pernah. Disebut namanya sekalipun tidak pernah dengar," bebernya.

"Semua bergerak gara-gara Dina. Makin jelas bahwa yang berperan besar adalah Diina dan Jimmy alias Lie," imbuh Aldres.

Dalam persidangan pekan lalu, Bowo yang jadi saksi juga mengakui diminta Dina men­jemput Eddy Sindoro. Sama sekali tidak ada nama Lucas di dalam rencana membantu pelarianEddy Sindoro.

"Sejak awal pertemuan denganDina, apa dia menyebut nama terdakwa?" tanya kuasa hukum Lucas Wa Ode Nur Zainab. "Tidak," jawab Bowo.

Hal itu kembali ditegaskan Lucas saat diberi kesempatanuntuk bertanya kepada saksi. "Saya tan­ya selama berkomunikasi dengan dina apakah dina ada menyam­paikan bahwa ada Lucas?" tanya dia. "Tidak ada," jawab Bowo. Lucas kemudian bertanya, jika tidak ada Dina, apakah Bowo sendiri bisa melakukan pekerjaan itu; menjemput Eddy Sindoro yang berstatus buron. "Tidak bisa, karena saya ber­tanggungjawab kepada insti­tusi saya," ujarnya. Tetapi, lain halnya jika Dina menyerahkan pekerjaan itu pada orang lain. Pekerjaan itu pasti akan tetap jalan. "Berarti hanya karena Dina ya," tutur Lucas disambut anggukan kepala Bowo.

Jaksa kemudian memutar video CCTV dalam persidangan. Dalam rekaman yang disebut Bowo ruang transit Bandara Soekarno-Hatta tampak Eddy Sindoro, Chua Chwee Chye alias Jimmy alias Lie, Bowo, pegawai AirAsia Yulia Shintawati dan Staff Customer Service Gapura MRidwan tengah melintas. Eddy Sindoro mengenakan topi dan kacamata. Menurut Bowo, Dina memang memerintahkan dia dan Ridwan untuk meny­iapkan kacamata dan topi untuk Eddy Sindoro. "Mungkin untuk penyamaran," ujar Bowo.

Tak ada Lucas dalam videoitu. Pun di video kedua yang menurut Bowo merupakan detik-detik menuju pesawat. Juga tak ada Lucas. Kesaksian berikut­nya, dari Stephen Sinarto, juga menyebut Lucas tidak terlibat dalam kasus ini. Stephen yang disebut jaksa memberikan uang Singapur Dollar 46 ribu dan Rp 50 ribu kepada Dina Soraya membantah Lucas yang mem­berikannya. Menurutnya, uang itu dari Jimmy. "Jimmy telepon saya, katanya tahu nomor saya dari Dina," bebernya.

Jimmy meminta tolong me­nitipkan barang untuk Dina. Stephen, menyanggupi. Sorenya, barang itu datang. Diantar orang yang mengaku tukang foto. "'Pak ini hasil fotonya'. Dia bi­langnya gitu," imbuh Stephen.

Barang itu dibungkus amplop coklat. Polos, tanpa tulisan. Besarnya kira-kira seukuran kalender meja. Stephen mengaku tak tahu persis isinya. Dia tak pernah membuka-buka amplop itu. Seminggu kemudian, Dina menghubunginya via telepon.

"Dia mengenalkan diri bilang mau ambil barang itu, isinya ka­tanya dokumen," bebernya. Dina kemudian mengutus orang berna­ma Nurochman untuk mengambil amplop tersebut. "Saya serahkan, saya bilang 'pak, ini titipan dari Jimmy'," ucap Stephen.

Hakim tidak begitu saja mem­percayai ucapan Stephen. Tapi, dia berani bersumpah. "Sumpah, yang mulia," ujarnya. Stephen juga mengaku tak ada yang mengarahkan kesaksiannya itu. "Tidak ada. Saya hanya ingin bicara yang sebenar-benarnya, yang mulia," tegasnya.

Stephen pun mencabut BAP yang dibuat saat diperiksa pe­nyidik KPK. Dia mengaku saat itu dalam kondisi ketakutan dan kebingungan karena rumahnya digeledah setelah komisi antira­suah mentersangkakan Lucas. "Saya dalam kondisi yang sangat kebingungan, takut. Baru per­tama kali mengalami seperti ini. Setelah saya pikir-pikir lagi baru ingat kondisi yang sebenarnya," kisah Stephen. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA