Sama seperti sidang pekan lalu, saksi menyebut tidak ada keterÂlibatan Lucas dalam kasus ini. Saksi yang dihadirkan adalah Duty Executive Air Asia, Yulia Shintawati alias Shinta.
Shinta berperan sebagai penÂjemput Eddy saat tiba di Bandara Soetta usai dideportasi dari Malaysia, akhir Agustus 2018. Saat itu, Eddy dideportasi seteÂlah 2 tahun kabur ke luar negeri. Dia yang mengurus penjemputan Eddy memakai mobil Air Asia di Bandara Soetta. Dakwaan jaksa menyebut mobil itu berhenti di depan pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan AK 380 yang baru mendarat. Mobil lalu dipacu ke Gate U8 terminal 3 Bandara Soetta untuk menganÂtarkan Eddy naik ke pesawat rute Jakarta-Bangkok tanpa melalui proses imigrasi.
Dalam kesaksiannya, Shinta menyebut, nama Lucas tak pernahtersebut dalam rencana penÂjemputan Eddy Sindoro. "Tidak ada," tegasnya. Dia juga tidak melihat ada Lucas di bandara Soetta saat menjemput Eddy pada 29 Agustus 2018.
Permintaan untuk menjemput Eddy itu datang dari Dwi Hendro Wibowo alias Bowo, pegawai PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta). "Saya diminta tolong Bowo, Agustus 2018 untuk handle tamunya," ungkap dia.
Bowo sendiri bilang kepada Shinta bahwa itu adalah permintÂaan dari Dina Soraya. "Bowo biÂlang ini mbak Dina minta tolong lewat dia untuk menghandle tamunya," tutur Shinta.
Dina, yang dikenal Shinta sejak tahun 2017 memang kerap minta tolong kepadanya melalui Bowo. Misalnya, untuk "memÂbeli" bagasi.
Shinta menyanggupi permintaan itu lantaran mengira Dina adalah Sekretaris Perusahaan AirAsia. Asumsi itu muncul karena dia melihat Bowo mengenakan kartu identitas (id card) AirAsia. "Dia (Dina) minta tolong ke Bowo, aku lihat Bowo orang Airasia dari id-nya. Jadi saya pikir dia (Dina) adalah salah satu sekreÂtaris AirAsia," bebernya.
Dina juga pernah meminta tolong langsung kepada Shinta saat mereka bertemu di di Jl. Cipaku IV No. 16 Kebayoran Baru, pada tanggal 20 Agustus 2018. Pertemuan itu juga diÂhadiri Bowo. Saat itu Dina biÂlang, 'Shin nanti bantuin Bowo untuk assist orang ini ya'. Shinta kemudian menjawab, 'kalau orangnya naik AirAsia nanti saya bantuin, mbak'. "Jadi itu permintaan tolong atau perinÂtah?" tanya kuasa hukum Lucas, Aldres Napitupulu. "Bisa perinÂtah sih," jawab Shinta.
Dalam pertemuan itu, menurut BAP Shinta yang dibacakan Aldres, Dina juga berpesan ke Bowo agar memberi Shinta imÂbalan. Dina katakan ke Bowo, 'nanti lu kasih lah Shinta' yang dijawab Shinta dengan 'gamÂpang lah mba'.
Dikonfirmasi soal itu, Shinta mengiyakan. Dia mengakui sempat ditawarkan Iphone X oleh Bowo. "Saya dihubungi Bowo melalui Whatsapp call, sekitar belasan Agustus. Dia menyamÂpaikan apakah saya mau iphone X. Saya bilang siapa sih yang ngÂgak mau iphone X," akunya.
Tapi, belakangan Shinta memilih uang cash. Dua hari setelah selesai melakukan penjemputan Eddy, dia ditransfer uang seÂjumlah Rp 20 juta dari Bowo. Shinta mengaku kaget karena biasanya dia hanya menerima tip antara sejuta hingga gdua juta rupiah. Tetapi kuasa hukum Lucas mencecarnya.
"Iphone X harganya nggak jauh-jauh juga dari Rp 20 juta. Kok dikirimin Rp 20 juta kaget. Kaget atau senang?" tanya Aldres. "Seneng lah pak, dikasih uang," jawab Shinta, cepat. Uang itu akhÂirnya dikembalikan Shinta ke KPK sehari usai menjalani pemeriksaandi kantor komisi antirasuah itu pada 24 September lalu.
Usai persidangan, Aldres meÂnyebut dari keterangan Shinta, semakin jelas yang berperan besar ini adalah Dina dan Jimmy alias Lie. "Saksi ketemu sama terdakwa tidak pernah. Disebut namanya sekalipun tidak pernah dengar," bebernya.
"Semua bergerak gara-gara Dina. Makin jelas bahwa yang berperan besar adalah Diina dan Jimmy alias Lie," imbuh Aldres.
Dalam persidangan pekan lalu, Bowo yang jadi saksi juga mengakui diminta Dina menÂjemput Eddy Sindoro. Sama sekali tidak ada nama Lucas di dalam rencana membantu pelarianEddy Sindoro.
"Sejak awal pertemuan denganDina, apa dia menyebut nama terdakwa?" tanya kuasa hukum Lucas Wa Ode Nur Zainab. "Tidak," jawab Bowo.
Hal itu kembali ditegaskan Lucas saat diberi kesempatanuntuk bertanya kepada saksi. "Saya tanÂya selama berkomunikasi dengan dina apakah dina ada menyamÂpaikan bahwa ada Lucas?" tanya dia. "Tidak ada," jawab Bowo. Lucas kemudian bertanya, jika tidak ada Dina, apakah Bowo sendiri bisa melakukan pekerjaan itu; menjemput Eddy Sindoro yang berstatus buron. "Tidak bisa, karena saya berÂtanggungjawab kepada instiÂtusi saya," ujarnya. Tetapi, lain halnya jika Dina menyerahkan pekerjaan itu pada orang lain. Pekerjaan itu pasti akan tetap jalan. "Berarti hanya karena Dina ya," tutur Lucas disambut anggukan kepala Bowo.
Jaksa kemudian memutar video CCTV dalam persidangan. Dalam rekaman yang disebut Bowo ruang transit Bandara Soekarno-Hatta tampak Eddy Sindoro, Chua Chwee Chye alias Jimmy alias Lie, Bowo, pegawai AirAsia Yulia Shintawati dan Staff Customer Service Gapura MRidwan tengah melintas. Eddy Sindoro mengenakan topi dan kacamata. Menurut Bowo, Dina memang memerintahkan dia dan Ridwan untuk menyÂiapkan kacamata dan topi untuk Eddy Sindoro. "Mungkin untuk penyamaran," ujar Bowo.
Tak ada Lucas dalam videoitu. Pun di video kedua yang menurut Bowo merupakan detik-detik menuju pesawat. Juga tak ada Lucas. Kesaksian berikutÂnya, dari Stephen Sinarto, juga menyebut Lucas tidak terlibat dalam kasus ini. Stephen yang disebut jaksa memberikan uang Singapur Dollar 46 ribu dan Rp 50 ribu kepada Dina Soraya membantah Lucas yang memÂberikannya. Menurutnya, uang itu dari Jimmy. "Jimmy telepon saya, katanya tahu nomor saya dari Dina," bebernya.
Jimmy meminta tolong meÂnitipkan barang untuk Dina. Stephen, menyanggupi. Sorenya, barang itu datang. Diantar orang yang mengaku tukang foto. "'Pak ini hasil fotonya'. Dia biÂlangnya gitu," imbuh Stephen.
Barang itu dibungkus amplop coklat. Polos, tanpa tulisan. Besarnya kira-kira seukuran kalender meja. Stephen mengaku tak tahu persis isinya. Dia tak pernah membuka-buka amplop itu. Seminggu kemudian, Dina menghubunginya via telepon.
"Dia mengenalkan diri bilang mau ambil barang itu, isinya kaÂtanya dokumen," bebernya. Dina kemudian mengutus orang bernaÂma Nurochman untuk mengambil amplop tersebut. "Saya serahkan, saya bilang 'pak, ini titipan dari Jimmy'," ucap Stephen.
Hakim tidak begitu saja memÂpercayai ucapan Stephen. Tapi, dia berani bersumpah. "Sumpah, yang mulia," ujarnya. Stephen juga mengaku tak ada yang mengarahkan kesaksiannya itu. "Tidak ada. Saya hanya ingin bicara yang sebenar-benarnya, yang mulia," tegasnya.
Stephen pun mencabut BAP yang dibuat saat diperiksa peÂnyidik KPK. Dia mengaku saat itu dalam kondisi ketakutan dan kebingungan karena rumahnya digeledah setelah komisi antiraÂsuah mentersangkakan Lucas. "Saya dalam kondisi yang sangat kebingungan, takut. Baru perÂtama kali mengalami seperti ini. Setelah saya pikir-pikir lagi baru ingat kondisi yang sebenarnya," kisah Stephen. ***
BERITA TERKAIT: