Dari Nomophobia Sampai Genderuwo

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Kamis, 13 Desember 2018, 06:40 WIB
Dari Nomophobia Sampai Genderuwo
Jaya Suprana/Dok
ANDA tahu makna kata nomophobia? Hebat! Saya tidak malu mengakui bahwa semula saya tidak tahu makna nomophobia yang ternyata adalah fobia alias rasa ketakutan tak terkendali pada saat kelupaan membawa telepon selular atau mobile phone atau handphone atau telepon genggam atau entah apa lagi itu nama alat komunikasi yang bisa kita genggam lalu bawa ke mana-mana bahkan ke WC.

Single-Use

Anda tahu makna istilah single-use? Hebat! Semula saya tidak tahu bahwa predikat single-use terutama digunakan untuk plastik sekali pakai lalu dibuang sehingga merajalela mencemarkan sungai dan lautan di planet bumi yang cuma satu dan satu-satunya ini.

Kekhawatiran atas plastik single-use diwabahkan oleh serial “Blue Planet II” tentang lautan tercemar sampah yang menggebu ditayangkan BBC.

Toxic

Kamus Oxford menobatkan toxic sebagai kiasan  untuk menegatifkan berbagai hal seperti toxic masculinity sebagai sikap kejantanan yang memalukan, toxic homosociality sebagai perilaku hubungan sesama jenis kelamin tidak selaras norma sosial yang berlaku atau toxic debates sebagai cemooh debat kusir mubazir.

Oxford Dictionary edisi terbaru juga memperkenalkan istilah-istilah baru seperti gaslighting untuk upaya membuat seseorang ragu atas daya ingat bahkan kesehatan jiwa dirinya sendiri atau incel sebagai sebutan bagi lelaki yang ingin menikah tetapi tidak berhasil menemukan pasangan hidup yang sudi menikah dengan dirinya sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan sampai tega melakukan kekerasan terhadap sesama manusia.

Hoax

Di Amerika Serikat istilah fragility juga membentuk istilah baru seperti white fragility mengungkap kerawanan kaum kulit putih terhadap tudingan rasis sehingga sedemikian panik sampai menutup diri dari diskusi tentang diskriminasi, toleransi, hak asasi manusia apalagi keadilan sosial bagi seluruh anggota masyarakat.

Bahkan kaum lelaki ketularan wabah white fragility sehingga mereka bersikap male fragility yang menghindarkan diri mereka dari diskusi tentang kesetaraan gender. Dictionary.com lebih suka menggunakan istilah misinformation ketimbang disinformation sebagai pengganti istilah hoax yang di masyarakat Barat sebenarnya sudah dianggap ketinggalan zaman maka dilupakan.

Namun di Indonesia hoax justru sangat digemari generasi masa kini yang kreatif menghadirkan istilah-istilah baru mulai dari jaman now, jaman out, milineal, ongkir, kecebong, kampret, genderuwo dan lain-lain istilah yang semula tidak populer namun kini mendadak menjadi amat sangat populer. [***]


Penulis adalah Pembelajar Kebudayaan Dunia Masa Kini


< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA