Die Stunde kommt, die Stunde kommt, Wo du an Graebern stehst und klagst!
(Cintailah selama kau mampu ! Cintailah selama kau mau !
Waktu akan tiba, Kau akan berdiri di depan nisan dan meratap)
Mahapianis dan mahakomponis, Franz Liszt sangat terkesan pada syair '
O lieb, so lang du lieben kannst' (Cintailah selama kau mampu!) karya penyair Jerman abad XIX, Ferdinand Freiligrath, sehingga tergerak untuk menggubah syair tersebut menjadi sebuah karya musik untuk soprano dan pianoforte yang kemudian menginspirasi mahakarya terpopuler untuk pianoforte yaitu Liebestraum nomor 3.
Impian Cinta
Liebestraeume merupakan suatu kelompok karya terdiri dari tiga karya Notturno untuk pianoforte solo oleh Franz Liszt, yang diterbitkan pada tahun 1850. Tiga Liebestraeume digarap berdasar puisi oleh Ludwig Uhland dan Ferdinand Freiligrath.
Pada tahun 1850, dua versi diterbitkan bersamaan sebagai sebuah versi untuk soprano dan pianoforte, dan sebuah versi transkripsi untuk pianoforte. Dua puisi oleh Uhland dan yang sebuah puisi oleh Freiligrath berupaya mengungkap tiga bentuk cinta yang berbeda. Uhland
'Hohe Liebe' (cinta yang dimuliakan) adalah cinta suci atau religious dengan ungkapan 'martir' mencabut cinta duniawi serta 'surga telah membuka gerbangnya'.
Lagu kedua
Seliger Tod (kematian yang diberkati) sering dikenal dengan baris pertamanya (
Gestorben war ich, Aku telah mati), dan membangkitkan cinta erotis; (Aku mati karena kebahagiaan cinta; aku berbaring terkubur di pelukannya; aku terbangun oleh ciumannya; aku melihat surga di matanya).
FreiligrathPuisi Freiligrath untuk Notturno ketiga yang paling termashur adalah tentang cinta tanpa syarat (Cintailah selama kau mampu,
O lieb, solang du lieben kannst).
Liebestraum No. 3 adalah yang terakhir dari tiga Notturno yang ditulis Liszt, dan yang paling populer. Liebestraum nomor 3 terdiri tiga bagian, yang berakhir pada sebuah kadenza cepat yang membutuhkan kerja jari cekatan dan tingkat kemampuan teknis yang sangat tinggi.
Melodi yang sama digunakan di seluruh bagian, setiap kali bervariasi, terutama di bagian tengah karya, di mana klimaks sukma karya tercapai.
[***]
Penulis adalah pianis, komponis, pendiri Jaya Suprana School of Performing Arts dan pembelajar musik