KonsumerismeMisalnya konsumerisme yang sebenarnya bermakna “gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan†sempat digunakan secara keliru dalam makna “ paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hematâ€.
Namun kekeliruan itu malah didukung oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga para penggemar istilah asing tetap bersikeras dalam menggunakan istilah yang keliru. Setelah saya protes, KBBI bersikap mendua dengan memuat makna yang keliru mau pun yang benar secara berurutan pada uraian makna yang sama terhadap istilah konsumerisme.
Secara demokratis, masyarakat dipersilakan memilih mau menggunakan istilah yang benar atau yang keliru.
GrhaGraha dengan selipan huruf a di antara huruf r dan h berasal dari bahasa Sanserketa yang sebenarnya bermakna “buaya†sempat digunakan sebagai nama rumah atau gedung yang dalam bahasa Sansekerta yang benar sebenarnya adalah “grha†tanpa selipan huruf a di antara huruf r dan h.
Sebab penguasa lebih bangga menggunakan istilah asing secara keliru pada gedung kepresidenan yang megah menyandang nama “Bina Graha†maka masyarakat juga bangga meniru kekeliruan itu sebagai nama berbagai gedung megah.
Setelah resim Orba lengser, mulai tampak di sana sini upaya penggunaan istilah asing secara benar pada gedung tertentu semisal Grha Tirtadi, Grha Unilever, Grha Ciumbuleuit, Grha Kedoya, Grha Vegejawi dan lain-lainnya.
Ibarat kafilah berlalu meski anjing menggonggong maka meski di masa Orde Reformasi sudah dinyatakan keliru namun nama Graha tetap konsisten digunakan oleh berbagai pihak yang lebih bangga menggunakan istilah asing secara keliru.
Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi