Berawal ketika Nabi Muhammad mengunÂdi salah seorang di antara istrinya yang akan diikutsertakan di dalam peperangan. Saat itu Aisyah terpilih menyertai Nabi di dalam sebuah peperangan. Aisyah menaiki pelana unta yang tertutup yang dirancang khusus agar tidak kena debu dan sinar matahari. Menjelang perang usai, 'Aisyah ke belakang membuang hajat lalu kembali ke dalam pelaÂna. Namun 'Aisyah sadar kalau perhiasannya ketinggalan di tempat buang hajat, sehingga ia turun dari untanya tanpa sepengetahuan pengawalnya untuk mengambil kembali perÂhiasannya yang tertinggal. Alangkah kagetÂnya setelah kembali, rombongan pasukan sudah pergi dan 'Aisyah tinggal sendirian di lokasi perang.
Dalam keadaan ketakutan, muncul seÂorang prajurit bernama Safwan bin Muattal al-Sulami, yang ditugasi menyisir lokasi kalau ada sesuatu yang tertinggal. Muattal mengaÂjak 'Aisyah menaiki untanya dan dia sendiri yang mengawalnya menuju kota Madinah. Di tengah jalan ia ditemukan oleh seorang toÂkoh munafik bernama Abdullah bin Ubai bin Abi Salul. Tokoh inilah yang membuat fitnah besar ke mana-mana bahwa 'Aisyah sedang berbuat tidak pantas dengan seorang prajuÂrit. Berita tersiar ke mana-mana sampai kota Madinah menjadi heboh. Kita tidak tahu baÂgaimana caranya Ibn Abi Salul menyebarkan kasus ini sehingga begitu cepat menyebar, padahal saat itu belum ada alat komunikasi canggih.
Nabi sangat terpukul dengan isu ini dan membiarkan 'Aisyah kembali ke rumah orang tuanya. Namun Abu Bakar, sang ayah juga mengingatkan jika benar tuduhan orang maka anda ('Aisyah) tidak boleh lagi kembali ke rumah ini. Hanya ibu Aisyah yang memÂbela anaknya dengan mengatakan bahwa tidak mungkin anaknya akan melakukan hal yang keji seperti itu. Dalam riwayat disÂebutkan Aisyah jatuh sakit beberapa hari di rumah orang tuanya dan Nabi belum semÂpat menengoknya sebelum tim investigasi selesai melaksanakan tugas penelitiannya. Ada dua tim yang dibentuk untuk menyelidiki tuduhan palsu ini. Satu tim diketuai oleh UsaÂma ibn Said dan satu tim lagi diketuai oleh Ali ibn Abi Thalib. Tim Usama menyimpulkan tuduhan Ibn Abi Salul sama sekali tidak berÂdasar. Sedangkan Sayidina Ali lebih kritis. Ia mengakui memang tidak masuk akal tuduÂhan itu tetapi bagaimanapun sudah menjadi isu yang menghebohkan. Sayyidina Ali diÂkutip pernah mengatakan: "Saya sanggup mencarikan perempuan lebih cantik daripada Aisyah." Mungkin pernyataan ini yang memÂbuat Aisyah tersinggung, sehingga ia tidak mau membaiat Ali sebagai khalifah.
Nabi Muhammad Saw agaknya sangat terÂganggu dengan kasus ini, karena kedua tim yang dibentuk kelihatannya tidak satu bahaÂsa. Musuh-musuh Islam ikut serta memanÂfaatkan kasus ini untuk menekan Nabi.