Raja Muqauqis mengapresiasi surat Nabi dengan menghadiahkan empat buÂdak perempuan, di antaranya Mariya binti Syam'un al-Qithiyyah al-Mishriyyah, seekor kuda (baghal) bernama Afir, seekor keledai bernama Duldu, 20 helai kain sutra Mesir, dan beberapa hadiah lainnya. Hubungan Nabi dengan Maria Al-Qibthiyyah lahirlah Ibrahim, putra tunggal laki-laki Nabi MuhamÂmad yang wafat ketika masih kecil.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa kehadÂiran non-muslim di lingkungan Nabi adalah biasa. Keluarga dari salah seorang istrinya, Maria binti Syam'un Al-Qibthiyyah al-MishÂriyyah, dari kelompok Kristen Koptik Mesir. Selain Maria Al-Qibthiyyah juga ada ShafiÂyah binti Hayy, ayahnya masih aktif sebagai salah seorang pemimpin Yahudi. Keluarga mantan suami putrinya, Zainab binti MuhamÂmad juga ada yang beragama non-muslim. Yang tak bisa dilupakan ialah sepupu KhadiÂjah, Waraqah bin Naufal ibn Asad ibn Abdul 'Uzzah, tokoh Kristen, yang menenangkan Nabi setelah mendapatkan wahyu pertama dari Goa Hira. Sahabat-sahabat karib Nabi juga banyak non-muslim, terutama relasi bisÂnisnya ketika masih aktif sebagai saudagar di Mekkah.
Kisah hubungan Nabi dengan Maria Al- Qibthiyyah menjadi salah satu sebab nuzul ayat:
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamÂkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah bagimu demi mengharapkan kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Tahrim/66:1).
Dalam kitab Tafsir Ibn Katsir disebutkan sebuah riwayat dari Zaid ibn Aslam yang menceritakan Nabi melakukan hubungan dengan Maria Al-Qibthiyyah di rumah salah seorang istrinya. Istrinya agak keberatan dengan mengatakan, Wahai Rasulullah di rumah dan di atas tempat tidurku engkau melakukan hubungan itu? Lalu Nabi mengÂharamkan dirinya untuk mengulangi perbuaÂtan itu di tempat yang sama. Istrinya meÂnyanyakan, kenapa engkau mengharamkan sesuatu yang halal bagimu? Lalu Allah Swt menurunkan ayat tersebut di atas.
Maria Al-Qibthiyyah dikenal sebagai seÂorang perempuan cantik dan membuat istri-istri Nabi cemburu. Karena itu, ia ditempatÂkan agak terpisah dengan istri-istri Nabi yang lain. Maria Al-Qibthiyyah ditempatkan di MaliÂkul Yamin, sebuah tempat persinggahan dan peristirahatan Nabi. Ia diminta oleh Nabi unÂtuk selalu menggunakan hijab, penutup auÂrat yang lebih tertutup. Maria Al-Qibthiyyah melahirkan satu-satunya putra Nabi, sayang sekali meninggal di dalam usia muda.