masa kini. Tradisi saling hujat, saling fitnah, saling kriminalisasi sebagai
ungkapan saling membenci makin merajalela mewarnai perilaku para
pemimpin.
Terkesan bahwa apa yang disebut sebagai kebenaran sudah anakronis dengan kenyataan yang terjadi pada sepak terjang mereka yang disebut sebagai kaum elit politik Indonesia abad XXI, sehingga tidak ada lagi
yang merasa malu menghalalkan segala cara termasuk ingkar kebenaran
demi memperjuangkan kehendak dan kepentingan diri sendiri masing-masing jauh di atas kepentingan negara, bangsa apalagi rakyat Indonesia.
Para pemimpin lebih layak disebut penguasa sebab lebih sibuk memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan egosentrik belaka. Tidak ada lagi apa yang disebut sebagai rasa kemanusiaan, kasih sayang, welas asih apalagi pengorbanan. Yang ada cuma kebencian, kebencian dan kebencian.
KALIMAT BIJAK Demi sedikit menghayati segenap kemelut angkara murka yang sedang
menghantui peradaban politik masa kini, saya mengajak siapa saja yang
berkenan diajak untuk sejenak menyimak serta merenungi kalimat bijak para tokoh peradaban umat manusia seperti misalnya Mahatma Gandhi yang sempat mewariskan wejangan "I am prepared to die, but there is no cause for which I am prepared to kill. I object to violence because when it appears to do good, the good is only temporary; the evil it does is" ; Atau Malcolm X yang sempat lantang menegaskan bahwa “I am for truth, no matter who tells it “.
KEBENARAN
Senator Ron Paul sinis menyatakan bahwa “ Truth is treason in the empire of lies“. Sementara pemikir politik , Henry Louis Mencken meratapi kemerosotan gejala peradaban politik Amerika Serikat “The men that American people admire most extravagantly are the most daring liars ; the men they detest most violently are those who try to tell them the truth“.
Hanya mohon dimaafkan memang terpaksa harus terus terang saya akui bahwa sebenarnya tidak jelas apakah kata-kata bijak para tokoh bijak itu akan membuat kita semua makin berpengharapan atau malah makin putus asa menghadapi kenyataan.
Sementara terkesan bahwa para kalimat bijak tokoh bijak sebijak apa pun
sekedar sama saja mubazir seperti gonggongan anjing terhadap khafilah tetap berlalu karena terbukti kehidupan umat manusia di planet bumi ini lestari tetap berlumuran kebencian dan kekerasan.
[***] Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan