Gita Sang Surya

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Sabtu, 04 Agustus 2018, 07:14 WIB
Gita Sang Surya
Jaya Suprana/Net
SAYA bukan umat Katolik namun mengagumi para tokoh kemanusiaan Katolik seperti Ibu Theresa, Pedro Areppo, Uskup Agung Oscar Romero, Romo Mangunwijaya, Romo Frans Magnis Suseno, Sandyawan Sumardi, Sri Paus Fransiskus dan Santo Fransiskus dari Assisi.

Demi lebih menghayati sukma pengabdian Santo Fransiskus, saya berkunjung ke Basilika Santo Fransiskus di desa Assisi, Umbria, Italia yang memiliki perbendaharaan relik-relik sakral dan fresko kisah kehidupan beliau.

Gita Sang Surya

Akibat tahu kekaguman saya terhadap Santo Fransiskus dari Assisi yang hidup pada tahun 1181-1226, mahaguru kemanusiaan saya, Sandyawan Sumardi mengirim sebuah surat elektronik Gita Sang Surya mahakarya Santo Fransiskus dari Assisi diterjemahkan oleh Leo Laba Lajar sebagai berikut:

"Puji-Pujian Makhluk yang Maha Luhur Maha Kuasa Tuhan Yang Maha Baik, milik-Mulah pujaan, kemuliaan dan hormat dan segala pujian. Kepada-Mu saja, Yang Mahaluhur, semuanya itu patut disampaikan, namun tiada insan satu pun layak menyebut nama-Mu. Terpujilah Engkau, Tuhanku, bersama semua makhluk-Mu, terutama Tuan Saudara Matahari; dia terang siang hari, melalui dia kami Kauberi terang. Dia indah dan bercahaya dengan sinar cahaya yang cemerlang; tentang Engkau, Yang Mahaluhur, dia menjadi lambang. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Bulan dan bintang-bintang, di cakrawala Kaupasang mereka, gemerlapan, megah dan indah. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Angin, dan karena udara dan kabut, karena langit yang cerah dan segala cuaca, dengannya Engkau menopang hidup makhluk ciptaan-Mu".

"Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Air; dia besar faedahnya, selalu merendah, berharga dan murni.  Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Api, dengannya Engkau menerangi malam; dia indah dan cerah ceria, kuat dan perkasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudari kami Ibu Pertiwi; dia menyuap dan mengasuh kami, dia menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rumput-rumputan. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena mereka yang mengampuni demi kasih-Mu, dan yang menanggung sakit dan duka-derita.  Berbahagialah mereka, yang menanggungnya dengan tenteram, karena oleh-Mu, Yang Mahaluhur, mereka akan dimahkotai".

"Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Maut badani, daripadanya tidak akan terluput insan hidup satu pun.  Celakalah mereka yang mati dengan dosa berat; berbahagialah mereka yang didapatinya setia pada kehendak-Mu yang tersuci karena mereka takkan ditimpa maut kedua. Pujalah dan pujilah Tuhanku, bersyukurlah dan mengabdilah kepada-Nya dengan merendahkan diri serendah-rendahnya".

Kemanusiaan

Pada getaran sukma Gita Sang Surya, terasa kesadaran kemanusiaan dan lingkungan hidup yang kemudian dirangkum di dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang telah disepakati para negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa, termasuk Indonesia, sebagai pedoman pembangunan abad XXI yang tidak membenarkan angkara murka mengorbankan manusia dan lingkungan hidup demi mencapai tujuan pembangunan infra struktur yang sama sekali tidak sesuai dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Andaikata program pembangunan infra struktur yang digelorakan oleh Presiden Jokowi demi kesejahteraan rakyat Indonesia ditatalaksana oleh para pelaksana pembangunan selaras makna kemanusiaan adiluhur yang terkandung di dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan dan Gita Sang Surya maka dapat diyakini bahwa rakyat kecil di Kampung Pulo, Kalijodo, Kalibata, Kampung Akuarium, Bukit Duri, Kulon Progo, Kendeng, Tulang Bawang, Tangerang, Sukamulya, Papua dan lain-lain pelosok Nusantara tidak perlu menderita akibat konflik agraria. [***]

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA