Namun secara alamiah, sejak diagendakan pada 1930, lambang supremasi tertinggi sepakbola dunia masih mencerminkan persaingan dua benua saja: Amerika dan Eropa. Lihat saja, dari 20 kali digelar, juara Piala Dunia dimenangkan oleh negara dari dua benua tersebut.
Memang, meskipun para maestro bola yang mengagumkan dunia lahir dari benua Amerika, tapi secara tim, superioritas sepakbola tetap milik bangsa Eropa, dengan 11 kali meraih gelar juara (Italia dan Jerman masing-masing 4 kali, dan Inggris, Perancis, Spanyol masing-masing sekali).
Sedangkan gelar juara yang diraih negara-negara dari benua Amerika baru 9 kali, itu pun hanya dari 3 negara saja (Brasil 5 kali, Uruguay dan Argentina dua kali).
Apakah di Piala Dunia Rusia juga duel el clasico Amerika vs Eropa yang sudah berlangsung berjilid-jilid akan berlanjut? Jawabannya akan disajikan malam dan dini hari nanti, saat laga Uruguay vs Perancis (21.00) dan Brasil vs Belgia usai.
Bila Uruguay memenangi pertandingan lawan Perancis dan Brasil sukses mengandaskan Belgia, maka dijamin 100 persen puncak duel Piala Dunia 2018 Rusia akan menyajikan el clasico itu: Amerika vs Eropa.
Tapi sebaliknya, bila kedua wakil benua Amerika yang tersisa (Brasil dan Uruguay) tersingkir di laga ke-5, maka Piala Dunia ke-21 ini diakhiri duel sesama negara Eropa. Sebab 4 tim di blok yang lain seluruhnya wakil Eropa (Rusia, Kroasia, Swedia dan Inggris).
Real Final yang Digelar PrematurKelompok sayap kiri yang menyajikan dua partai (Uruguay vs Perancis dan Brasil vs Belgia) untuk memperebutkan satu tiket ke final memang lebih seru dan lebih mencerminkan peta kekuatan antar-benua. Makanya layak disebut partai final yang lahir prematur.
Benar, kalau melihat permainan timnas Perancis dengan bintang muda yang bak burung merak sedang mengepakan sayapnya, Kylian Mbappe (19 tahun), bukan hal berlebihan bila mereka sanggup mengandaskan perlawanan Uruguay yang hanya diperkuat striker senior Luis Suarez.
Apalagi pemain Paris Saint-Germain ini punya pengalaman penting melawan salah satu tim kuat benua Amerika (Latin). Kita masih ingat bagaimana imigran blasteran Kamerun-Alzazair dari kota miskin di pinggir Paris (Bondy) ini sukses memporak-porandakan pertahanan Argentina. Sehingga Messi dkk harus keluar arena Piala Dunia Rusia dengan lusuh akibat dihantam 4-3, dan dua gol di antaranya diceploskan Mbappe.
Dini harinya, tim Brasil yang masih berkembang untuk menampilkan performance dalam koreografi samba yang indah dan kharismatik itu, pasti tidak akan kesulitan mengatasi Belgia yang tertatih-tatih dalam setiap laga. Bahkan nyaris dikalahkan Jepang yang mengoleksi 2 gol lebih dulu sebelum berakhir menjadi 3-2 untuk Belgia.
Makanya, kalau di atas kertas prakteknya sama dengan di lapangan hijau, setelah menyaksikan dua laga dari sayap kiri ini kita akan disuguhi ulangan final Piala Dunia 1998 yang mempertemukan Perancis dan Brasil. Ketika itu, Perancis sebagai tuan rumah memenangi duel dengan skor telak: 3-0.
Maka jangan heran bila pemenang dari "real final" yang digelar prematur inilah yang kelak menjadi kandidat paling meyakinkan untuk menjuarai turnamen sepakbola 4 tahunan ini.
[***]Penulis adalah pemilih akun
Twitter @AdhieMassardi