Kanak-Kanak
Tampaknya kedua kepala negara memang sengaja berperangai tidak jauh beda dari dua anak sedang bertengkar mulut sebelum berkelahi saling pukul. Hanya saja kedua anak yang sedang bertengkar sebenarnya merupakan dua kepala negara yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap perdamaian dunia. Sayang, baik Trump mau pun Kim bukan berasal dari negara yang menganut paham musyawarah-mufakat yang tersurat dan tersirat di dalam falsafah Pancasila. Kebetulan Trump dan Kim juga bukan orang Jawa maka tidak paham makna budi pekerti mengalah yang terkandung dalam falsafah "Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake." Sebagai pihak yang pada kenyataan lebih memiliki keunggulan militer, politik mau pun ekonomi, sebenarnya Donald Trump mampu kalau mau bersikap mengalah terhadap Kim Jong Un yang kebetulan juga lebih muda usia ketimbang Trump. Ibarat bersaudara, dalam ukuran usia mau pun potensi militer, Trump adalah sang kakak sementara Kim adalah sang adik maka upaya mengalah pada hakikatnya lebih berada pada diri sang kakak ketimbang sang adik.
Jajak Pendapat
Berdasar jajak pendapat berbagai lembaga polling USA , mayoritas rakyat USA masa kini tidak setuju dengan sikap agresif provokatif presiden Donald Trump terhadap Korea Utara. Tidak kurang dari menteri pertahanan AS, James Norman Matis serta menteri luar negeri AS, Rex Wayne Tillerson beserta para pejabat tinggi kepemerintahan Trump lain-lainnya secara resmi menegaskan bahwa pendekatan diplomatik terhadap Korea Utara jauh lebih bijak ketimbang pendekatan cacimaki apalagi aksi militer. Jim Matis memang siap melakukan bela negara secara dahsyat terhadap serangan terhadap sekutu Amerika Serikat apalagi Amerika Serikat sendiri namun tidak mendukung serangan cacimaki yang dilakukan secara bombastis oleh Donald Trump sebagai boss Matis. Hanya 23 % rakyat USA termasuk 4 dari 10 anggota partai Republik setuju USA segera menyerang Korea Utara sementara 67 persen termasuk 6 dari 10 Republikawan menyatakan setuju dengan menteri pertahanan yaitu aksi militer USA hanya dilakukan apabila terlebih dahulu Korea Utara menyerang Korea Selatan atau Jepang apalagi Amerika Serikat .
Jenuh Kekerasan
Tampaknya tanpa menghayati Pancasila atau falsafah Jawa , rakyat USA masa kini sudah merasa tidak nyaman dengan perang cacimaki serta pamer kekuasaan politik dan militer yang sedang digelorakan oleh Donald Trump bukan hanya terhadap Korea Utara namun kepada seluruh negara-negara bukan sekutu Amerika Serikat di planet bumi yang sudah jenuh dengan kekerasan. Ketika Agustus 2017 berada di Pyongyang untuk menjalin persahabatan kebudayaan Korea Utara-Indonesia, saya juga memperoleh kesan bahwa sebenarnya rakyat Korea Utara lebih bergairah membangun negerinya ketimbang meladeni provokasi Trump akibat rakyat Korea sudah jenuh kekerasan. Insya Allah, Donald Trump dan Kim Jong Un segera menghentikan perang caci maki antara mereka berdua yang jelas lebih banyak mudarat ketimbang manfaat bagi kedua negara mau pun segenap umat manusia di planet bumi masa kini.
[***] (Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan maka mendambakan perdamaian dunia)