Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Begini Cara Denny JA Kenang Leo Kristi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Senin, 22 Mei 2017, 10:27 WIB
Begini Cara Denny JA Kenang Leo Kristi
Denny JA/Net
rmol news logo Banyak cara dilakukan publik untuk mengenang wafatnya pemusik legendaris Leo Kristi.

Seperti pengagas Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA yang dalam penghormatannya menggubah sebuah puisi untuk Leo Kristi.

Puisi berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya' buatan Denny JA ini menuliskan kembali masalah keadilan sosial yang sempat tertuang dalam lagu Leo Kristi berjudul 'Salam dari Desa'.

"Dalam lagu itu, Leo menceritakan bahwa desa terus tumbuh dan banyak hal di sana yang 'bukan kami punya.' Padi menguning tapi bukan kami punya. Sawah berlimpah tapi bukan kami punya," jelas Denny JA dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi, Senin (22/5).

Di lagu itu, sambung Denny, penduduk desa merasa semakin tidak memiliki desa. Lirik lagu itu kemudian menjelma menjadi kekuatan Leo Kristi yang acapkali representasi suara rakyat kecil.

Pendiri lembaga survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu kemudian menerjemahkan lirik lagu tersebut dengan konteks masa kini. Salah satunya digabung dengan isu agama dan ulama yang tengah memanas.

Berikut petikan puisi Denny JA itu.

Tapi Bukan Kami Punya

Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil polisi
Ia datang sejak pagi
Katanya akan diinterogasi

Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah
Terpana dan terdiam si Jaka
Dari mata burung garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung garuda
Ia melihat Indonesia

Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya

Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya

Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya

Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya

Jaka terus terpana
Entah mengapa
Menetes air mata
Air mata itu ia yang punya

Masuklah petinggi polisi
Siapkan lakukan interogasi
Kok Jaka menangis?
Padahal ia tidak bengis?

Jaka pemimpin demonstran
Aksinya picu kerusuhan
Harus didalami lagi dan lagi
Apakah ia bagian konspirasi?
Apakah ini awal dari makar?
Jangan sampai aksi membesar?

Mengapa pula isu agama
Dijadikan isu bersama?
Mengapa pula ulama?
Menjadi inspirasi mereka?

Dua jam lamanya
Jaka diwawancara
Kini terpana pak polisi
Direnungkannya lagi dan lagi

Terngiang ucapan Jaka
Kami tak punya sawah
Hanya punya kata
Kami tak punya senjata
Hanya punya suara

Kami tak tamat SMA
Hanya mengerti agama
Tak kenal kami penguasa
Hanya kenal para ulama

Kami tak mengerti
Apa sesungguhnya terjadi
Desa semakin kaya
Tapi semakin banyak saja
Yang bukan kami punya

Kami hanya kerja
Tapi mengapa semakin susah?
Kami tak boleh diam
Kami harus melawan
Bukan untuk kami
Tapi untuk anak anak kami

Pulanglah itu si Jaka
Interogasi cukup sudah
Kini petinggi polisi sendiri
Di hatinya ada yang sepi

Dilihatnya itu burung garuda
Menempel di dinding dengan gagah
Dilihatnya sila ke lima
Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kini menangis itu polisi
Cegugukan tiada henti

Dari mulut burung garuda
Terdengar merdu suara
Lagu Leo kristi yang indah
Salam dari Desa
Terdengar nada:
"Katakan padanya padi telah kembang
Tapi bukan kami punya".


Leo Kristi merupakan musisi yang tenar satu angkatan dengan mendiang Gombloh dan Franky Sahilatua. Mereka pun sempat membuat band bernama Lemon Tress dengan aliran rock. Ia meninggal pada hari Minggu (21/5) setelah terserang penyakit Disentria Amoeba (radang usus). [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA