Ketika salik hanyut di dalam khalwat, jiwa dan kalbunya sudah kosong dengan ketakjuban dunia dan dipadati dengan integritas cinta dan kesucian. Mereka sangat menikmati visi keindahan batin dan diluapi dengan kesucian cinta dan ketulusan kepada Tuhannya. Mereka tidak lagi merasakan kejenuhan di dalam berkhalwat. Hanya karena tanggung jawabnya sebagai khalifah maka mereka kembali bergabung dengan keluarga, jamaah, dan masyarakatnya. Para salikin tetap memiliki aktifitas untuk menyejahterakan keluarga dan masyarakat. Bahkan tidak sedikit jumlah jamaah tarekat yang sukses mengembangkan ekonomi yang berbasis jamaah. Jumlah anggota yang besar merupakan pasar tersendiri bagi unit usaha mereka. Apalagi mereka yakin bahwa transaksi jual-beli produk dari dan untuk lingkungan mereka lebih diyakini kehalaÂlan, kebersihan, kesucian, dan keberkahannya.
Filosofi di balik Khalwat bermacam-macam. Bahkan dalam setiap agama juga dikenal adanya kegiatan serupa dengan khalwat. Suhrawardi dalam bukunya 'Awarif al-Ma'rif menjelaskan: Ketika Allah swt menunjuk Adam dan anak cucu-Nya sebagai khalifah dan menjadikannya sebagai arsitek dunia, yang keberadaannya menjadikan syurga makmur, Allah menciptakan salahsastu komposisi Adam dari unsur tanah sesuai dengan keberadaan bimi dan menjadikannya meragi selama 40 hari. Setiap pagi bermakna eksistensi dari suatu kualitas yang menjadi sebabketertarikannya pada bumi ini. Setiap ketertarikan menjadi hijab yang menutupi pandanÂgannya dari keagungan keabadian (qidam). Setiap hijab adalah sebab kejauhan dari alam gaib. Setiap kejauhan adalah sebab kedekatan pada dunia maÂteri hingga saat hijab itu menutup sepenuhnya, dan dunia ini seluruhnya berada dalam diri Adam.
Jika khalwat sedang berlangsung maka pada diri seorang salik tercipta suasana ketersingkapan hijab dengan berbagai manifestasi. Ibarat tempat peleÂburan logam, dengan nyala api kezuhudan nafsu dilebur, dimurnikan dari segala endapan kotoran, kemudian cahayanya diindahkan laksana cermin. Dengan cermin itu maka tampaklah segala sesuatu yang tersembunyi. Menurut Suhrawadri, khalwat bagaikan himpunan dari segala sesuatu yang saling bertentangan satu sama lain di dalam nafsu (nafs) dalam berbagai latihan rohani (mujahadah), misalnya membatasi makan dan minum, berbicara terbatas, membatasi diri untuk berkumpul satu sama lain guna memulihkan konsentrasi penting untuk semua, selalu berzikir, menolak berbagai macam pikiran, dan senantiasa melakukan muqaraÂbah, yakni kontemplasi disertai dengan rasa takut. Latihan-latihan yang bersifat kerohanian (riyadhah) berarti meninggalkan keinginan nafsu dan berbagai syarat dalam berbagai usaha.