Utsman terkenal sebagai pendukung ekonomi perjuangan umat bersama segelintir orang pada masanya. Saat perang Tabuk, Utsman menderÂmakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk. Ia juga membeli mata air (oase) dari seÂorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham dan diwakafkan untuk kepentingan masyarakat umum. Ia pernah menyumbang gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering. Ia melakukan kodifikasi dan unifikasi mushaf Al- Qur’an yang kemudian namanya diabadikan seÂbagai mushhaf Utsmani. Ia juga membuat banÂgunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukkan Syiria, AfÂrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat.
Utsman berkuasa cukup lama, 12 tahun. Enam tahun pertama cukup mengesankan dan banyak prestasi monumental yang dicatat di daÂlam sejarah. Namun enam tahun terakhir, seiring dengan usianya makin tua, banyak sekali diinterÂvensi oleh orang-orang dekatnya di dalam menÂjalankan roda pemerintahan. Akibatnya muncul gelombang ketidakpuasan di dalam masyarakat, terutama berkaitan dengan pengangkatan angÂgota keluarganya menjadi gubernur di sejumlah daerah. Buku-buku anti Utsman banyak mencecÂer Utsman sebagai khalifah yang terlalu subjektif. Namun demikian peran dan jasa Utsman dalam masa awal tidak bisa direndahkan. Dukungan harta Utsman tidak sedikit di dalam membiayai perkembangan dakwah Nabi.
Ketidakpuasan sekelompok masyarakat meÂmuncak kepada Utsman ditandai dengan peÂnikaman dirinya oleh pemberontak. Kelompok pemberontak menunjuk Ali bin Abi Thalib sebaÂgai penggantinya. Namun Ali sebagai orang yang memiliki kearifan yang tinggi, menolak dikukuhkan oleh pemberontak dan Ali meminta sahabat Ahli Badr (sahabat utama Nabi yang pernah ikut daÂlam Perang Badr). Akhirnya hadirlah tiga sahabat senior, yaitu Thalhah, Zubair, dan Sa’ad bin UbaÂdah. Ali kemudian disetujui oleh sahabat utama ini, maka ditetapkanlah Ali sebagai khalifah keempat ketika keadaan masih dalam keadaan tidak tenang karena tidak jelasnya siapa sebenarnya kelompok pemberontak itu. Mu’awiyah bin Abu Sufyan, keÂluarga Utsman dan gubernur Syiria menolak unÂtuk membaiat Ali karena dua halasan. Tuntaskan dulu siapa pelaku pemberontak dan apa hukuman terhadap mereka yang telah membunuh Utsman. Alasan lainnya, penunjukan hanya segelintir orang tidak lagai memadai, mengingat dunia Islam sudah berkembang sedemikian luas, sehingga para guÂbernur pun seharusnya ikut menentukan khalifah.
Kepergian Utsman mulai terasa adanya faksi-faksi perpecahan umat. Ini disebabkan oleh seÂmakin banyaknya sahabat-sahabat senior yang meninggal. Tokoh-tokoh muda yang tidak ikut di dalam suka duka perjuangan di masa-masa awal Islam mulai bermunculan. Sementara dunia Islam juga semakin meluas jauh dari pusat
heard land taÂnah Arab, Sebagian sahabat senior ikut menyebar ke daerah-daerah baru meninggalkan kota Madina dalam upaya mengembangkan Islam.