Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Singapura, Selalu Punya Kiat Akali Indonesia

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/derek-manangka-5'>DEREK MANANGKA</a>
OLEH: DEREK MANANGKA
  • Selasa, 15 November 2016, 07:19 WIB
Singapura, Selalu Punya Kiat Akali Indonesia
Derek Manangka/Net
BUKANNYA selalu berburuk sangka terhadap Singapura. Tetapi negara tetangga terdekat ini, sangat piawai di dalam mengakali Indonesia. Kata mengakali merupakan pengganti atas kata menipu yang konotasi dan aromanya terlalu vulgar dan tidak bersahabat.

Kiat Singapura mengakali Indonesia, sangat canggih sehingga tidak gampang membacanya.

Pada tahap awal tidak dirasakan sebagai sebuah akal-akalan. Tapi ujung-ujungnya selalu berakhir merugikan Indonesia.

Yang pasti negara ini tahu betul kapan waktu yang tepat untuk merangkul dan memusuhi Indonesia. Ketika merangkul, Singapura sebetulnya tidak sedang bermaksud baik. Melainkan sedang mau menusuk dari belakang.

Untuk memusuhi Indonesia, dia juga berhitung dengan cerdas. Kapan harus bersikap. Misalnya saat Indonesia sedang sibuk berkonsolidasi, Singapura menuduh Indonesia sebagai pihak yang menyebarkan asap hutan terbakar ke negara itu. Poinnya, Indonesia negara tropis yang merusak lingkungan.

Dunia pun sangat mudah menghukum Indonesia atas dasar perusakan lingkungan.  Inilah salah satu cara memusuhi Indonesia, tapi oleh Indonesia hanya dianggap sebagai celotehan anak pinggir jalan.

Untuk mendorong Indonesia menjadi sebuah negara gagal (a failed state), kelihatannya, memang tidak sampai ke sana niat Singapura. Karena kegagalan Indonesia sebagai sebuah negara, juga akan berdampak negatif baginya.

Agendanya mungkin hanya ingin membuat Indonesia seperti manusia teridap penyakit ringan, tetapi membebani.  Manusia yang tidak sehat.

Bayangkan saja kalau setiap minggu kita sebagai manusia diserang penyakit ringan seperti flu. Tidak mematikan, tetapi akibat flu, kita tidak akan pernah fit, segar dan bugar untuk berproduksi.

Sehingga setiap minggu, sepanjang tahun, seumur hidup, gagal sehat.

Cara Singapura merangkul sangat profesional atau seperti seorang yang berpakaian sopan dengan bau wangi yang harum semerbak, Indonesia tidak sadar akan niat jahat orang yang wewangian, mau menusuk dari belakang.

Kunjungan PM Singapura Lee Hsien Loong ke Semarang, Jawa Tengah, kemarin Senin 14 Nopember 2016, mau tak mau harus dikritisi seperti itu.

Lee berterima kasih kepada Indonesia karena berhasil mematahkan teroris di Batam yang konon akan menyerbu Singapura.

Wah simpatik banget. Presiden Joko Widodo yang masih baru dalam dunia diplomasi berikut sejumlah menteri yang tidak kritis, mungkin senyam-senyum. Senang dan semakin PD.

Bersamaan dengan puja puji itu, kedua negara membahas soal kode etik dalam penanganan Laut China Selatan.  Pertemuan, pembahasan pun pasti sejuk. Delegasi Indonesia terbius.

Semua pihak seperti tersanjung, sekaligus berkurang beban menghadapi konflik Laut China Selatan.

Muncul pertanyaan, apa urgensinya kedua negara membicarakan soal kode etik penanganan kawasan itu?  

Bukankah kawasan itu tidak ada satu jengkal tanah dan air laut yang masuk ke wilayah Singapura? Nah kalau tak ada sejengkal pun, lalu apa kepentingan Singapura di sana? Apa maksudnya?

Inilah salah satu akal-akalan terbaru Singapura.

Di sini yang harus diwaspadai bahwa Singapura sebetulnya secara halus ingin mengklaim bahwa diapun bagian dari negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki hak legal di Laut China Selatan.

Dia gunakan Indonesia sebagai "jembatan" dan "pintu masuk".

Kembali di sini, Indonesia dirangkul oleh negara tetangga ini, tetapi kelak Indonesia akan disisihkan dengan cara yang belum kita tahu bagaimana bentuknya.

Sangat disayangkan, Kementerian Luar Negeri RI yang sebetulnya diisi oleh para diplomat kawakan, begitu  mudah menerima tawaran Singapura untuk membahas masalah kode etik penanganan Laut China Selatan.

Singapura mengklaim bahwa dia merupakan negara penghubung dengan pihak RRT dalam konteks ASEAN. Ha?  Apa tidak salah dengar?

Lucu, aneh dan mengada-ada. Kalau memang Laut China Selatan merupakan urusan ASEAN mengapa tidak dibahas di forum ASEAN saja atau mutilateral?

Kenapa Singapura membelokkan ke hubungan bilateral?

RRT memang merupakan negara atau faktor penting dalam Laut China Selatan. Terutama setelah klaim mengklaim  atas kawasan itu, semakin marak. Tapi ini tidak berarti, lantas Indonesia mempercayai Singapura sebagai mediator, penghubung atau atau juru sambung dengan RRT.

Soalnya Indonesia bisa berhubungan langsung dengan RRT. Lain halnya jika Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan RRT.

Jadi untuk apa Singapura menjadi penghubung RI-RRT?

Diplomasi Singapura soal Laut China Selatan, sangat jelas. Selain untuk memanfatkan "kebodohan" atau keluguhan Indonesia, Singapura mau berpegangan dengan dua raksasa RRT dan Amerika Serikat. Dengan AS, Singapura memberi fasilitas perawatan bagi semua armada militer Amerika.

Jadi Singapura bisa makan untung dari dua raksasa, RRT dan AS.

Kecurigaan terhadap Singapura harus tetap jadi kebijakan korporat. Di benak seluruh pemangku kepentingan harus ada sikap yang sama. Bahwa di negara liliput ini, bermukim orang-orang super pintar yang mengkaji semua persoalan yang terjadi di Indonesia.

Kajian mereka kemudian menjadi pegangan para pembuat dan pelaksana kebijakan.

Kalau Indonesia mau berunding, masalah Laut China Selatan, bukanlah prioritas. Bagi Singapura mungkin hal itu penting, tapi bagi kita tidak atau belum.

Prioritas urusan kita dengan Singapura kalau boleh diurut sebagai berikut: 1). pengaturan lalu lintas udara yang tidak boleh dikendalikan oleh Singapura. 2). Repatriasi uang-uang panas yang disimpan oleh wajib pajak Indonesia di Singapura, tidak dipersulit. 3). Kecurigaan bahwa sejumlah pulau kecil di Riau Kepulauan, sudah diduduki atau disewa untuk jangka waktu sampai 50 tahun oleh warga atau pihak Singapura, harus diklarifikasi. 4). Persetujuan agar Indonesia membeli kembali (buy back) saham Singapura sebesar 35 persen di PT Telkomsel, tidak boleh ditunda apalagi dihalangi.

Yang lainnya menyusul. [***]

Penulis adalah wartawan senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA