Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nilam Zubir, 20 Tahun, Penerbit Majalah Anak-Anak

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/derek-manangka-5'>DEREK MANANGKA</a>
OLEH: DEREK MANANGKA
  • Senin, 31 Oktober 2016, 01:24 WIB
Nilam Zubir, 20 Tahun, Penerbit Majalah Anak-Anak
Nilam Zubir
DI tengah kerasnya persaingan media dan terpuruknya bisnis media cetak, sebuah majalah anak-anak "Best", sejak Juli tahun ini meramaikan pasar bacaan dan persaingan media.

Tentu saja keputusan penerbit ataupun pemodal untuk menekuni bisnis ini, merupakan sebuah kejutan.  Dan keputusan itu semakin terasa sebagai sebuah kejutan besar, manakala kita tahu bahwa sosok yang berada di balik gagasan tersebut, seorang anak muda yang benar-benar muda usianya. Wanita muda yang memiliki pemikiran-pemikiran lintas waktu dan generasi.

Dia adalah Nilam Zubir, 20 tahun, mahasiswi Semesetar V, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Sabtu petang 29 Oktober 2016, kami berjumpa di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Pertemuan kami  mendiskusikan banyak hal. Antara lain soal masa depan majalah cetak khusus untuk anak-anak yang dimotorinya.

Saya termasuk yang 'pesimistis' dengan penerbitan media cetak. Bukan tanpa alasan. Tapi karena kecenderungan yang ada belakangan ini menunjukan semua bisnis media cetak di dalam maupun di luar negeri, negara maju khususnya, mengalami krisis akibat hadirnya media berbasis 'on-line'.

Sejumlah media cetak raksasa, terpaksa beralih ke 'on-line' atau tutup untuk selama-lamanya. Terbitan luar negeri seperti "Newsweek", "Time" ataupun "Far Eastern Economic Review" sudah tidak bisa kita temui di pasar seperti di era tahun 1990-an. Padahal pemodal yang mendukung media-media tersebut tergolong perusahaan raksasa dengan jaringan lintas benua. Datangnya era digital, merubah segala-galanya.

Tapi tidak demikian dengan pandangan Nilam Zubir.

Mantan presenter cilik "Selamat Pagi Ceria"  di TV Trans 7 ini, melihat media cetak tetap bisa menjadi penyeimbang. Tidak mungkin semua pembaca hanya tertarik membaca informasi di media 'on-line' melalui gadget misalnya.

"Media cetak tetap ada pasarnya", ujar mahasiswi yang sudah menulis buku kumpulan hasil wawancaranya dengan para pejabat tinggi Indonesia.

Sekalipun tidak dinyatakannya secara eksplisit, tetapi saya bisa memahami pemikiran dan optimisme Nilam kurang lebih sama dengan pengusaha film. Dulu ada asumsi, bahwa bioskop akan sepi karena hadirnya video. Ternyata tidak demikian. Penonton yang mau ke bioskop tetap banyak.

Tercatat sudah beberapa film yang ditonton jutaan penonton di bioskop.

Orangtua Nilam Zubir sendiri, termasuk yang tadinya pesimis dengan gagasan menerbitkan majalah "Best". Tapi Nilam tidak putus asa. Dia lakukan penelitian lagi. Dan atas dasar itu dia susun sebuah "business proposal" yang kemudian melahirkan persetujuan dari orangtua sebagai pemodal.

Kebetulan Ibunya memimpin sebuah usaha penerbitan buku-buku yang mengkhususnya diri di bidang pertanian.

Antara percaya dan kurang percaya menggeluti pemikiran saya, ketika Nilam menjelaskan panjang lebar gagasannya.

Perempuan muda yang cara berpikiranya lebih dewasa dan berwawasan ini, cukup menyakinkan. Tidak satupun pertanyaan saya yang dijawabnya asal-asalan.

Dengan penjelasan sejumlah trik dan strategi bisnis yang sudah dipikirkannya, akhirnya sayapun berubah: optimis! Apa yang dikerjakan oleh Nilam dan belasan anak buahnya di majalah "Best", bisa sukses.

Yah tentu saja trik dan strateginya itu tidak boleh saya buka dalam tulisan ini.

Yang pasti dalam tiga penerbitan pertama, majalah "Best" sudah mendapatkan beberapa sponsor. Satu pertanda, majalah anak-anak ini mendapat dukungan atau diterima pembacanya.

Nilam Zubir sebagai Pemimpin Redaksi tetapi juga merangkap untuk jabatan-jabatan lainnya, menjalankan bisnis majalah anak-anak ini atas dasar hitung-hitungan bisnis.

Kantor yang ditempati majalah "Best" di Depok Indah, Jl. Margonda Raya, disewanya dari Bu De-nya.

"Tadinya dikasih gratis. Tapi saya bilang, nanti sulit menghitung untung ruginya. Ini khan bisnis", Nilam menjelaskan.

Konten majalah "Best" sendiri cukup menarik. Banyak ceritera yang untuk anak-anak yang disajikan, tetapi sesungguhnya bermanfaat bagi orang tua anak, sebagai pengetahuan tambahan.

Misalnya ada ceritera tentang bagaimana cara meraih cita-cita untuk menjadi pengusaha.

Jadi, anak-anak, tidak hanya didorong untuk menjadi dokter, insinyur dan profesi umum yang sudah dikenal luas masyarakat.

Juga ada bimbingan bagaimana menggunakan internet yang sehat.

"Internet itu, bukan indomie telor kornet. Tapi kependekan dari interconnected networking", tulisan ulasan di halaman 16, edisi perdana.

Juga ada ceritera dari mana asalnya "Angry Birds". Disebutkan bahwa di Finlandia, negara asal kisah itu, cara anak-anak belajar di sana lebih banyak melalui metodi bermain.

Nama "Best" sendiri berasal dari kata "Bestari". Artinya luas dan dalam pengetahuannya;  berpendidikan baik; baik budi pekerti. "Best" dalam bahasa Inggerisnya, artinya yang terbaik.

"Jadi 'Best' majalah anak Indonesia  mengajak anak-anak rajin membaca  dan rajin menulis.......agar luas dan dalam pengetahuannya, berpendidikan baik, dan berbudi pekerti baik", ujar Nilam menutup pertemuan kami. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA