Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Awali Ramadhan Dengan Berlatih Jujur

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Selasa, 07 Juni 2016, 11:08 WIB
<i>Awali Ramadhan Dengan Berlatih Jujur</i>
PEMERINTAH telah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada tanggal 6 Juni 2016. Tahun ini ada kesamaan ‘ijtihad’ antara Nahdlatul Ulama, Pemerintah dan Muhammadiyah dalam mengawali ibadah di bulan Ramadhan.

Masyarakat muslim pun tampak makin semarak dalam memulai beribadah Ramadhan dibanding saat ada perbedaan penetapan awal Ramadhan. Tak ada lagi perdebatan, diskusi karena tuntutan naluri kebersamaan telah terpenuhi.

Lalu apa selanjutnya yang penting dilakukan umat Islam senyampang masih di awal Ramadhan? Syaikh Utsman al-Khawbawi (wafat 1824M) dalam kitabnya Durratun Nasihin menyatakan bahwa terdapat lima hal yang harus dijaga oleh seseorang yang berpuasa, diantaranya menjaga lisannya untuk tidak berdusta.
Syaikh Utsman al-Khawbawi lantas mendasarkan argumentasinya kepada sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik ra., "lima hal yang dapat melebur (pahala) puasa, yaitu dusta, bergunjing, adu domba dan sumpah palsu". Karena itu hendaknya sejak di awal bulan Ramadhan ini kita berlatih kelima hal tersebut.

Pada tulisan ini saya ingin membincangkan satu tema saja, yaitu 'jujur'. Kata 'jujur' memang  sederhana dan bermakna sederhana. Namun meski sederhana, kata 'jujur' mengandung pesan bahwa di dunia ini ada dua faktor yang harus dijaga agar kehidupan bisa harmoni, yaitu menjaga diri sendiri dan menjaga lingkungan sekitar.

Seseorang yang terbiasa jujur berarti telah menjaga  harmoni jasmani dan ruhaninya. Telah ada keseimbangan antara hati dan lisannya. Telah muncul keserasian antara dirinya dan lingkungannya. Maka kejujuran dirinya otomatis telah melestarikan keharmonisan kehidupan diri dan lingkungannya. Semakin banyak orang jujur maka semakin luas cakupan harmoni kehidupan manusia dan lingkungannya.

Orang yang jujur pertanda tak punya beban masalah di masa depan. Sebab kejujuran seseorang berkesesuaian dengan fakta sosial, bukan pengingkaran atasnya.

Sebaliknya seseorang yang berdusta otomatis ia menanam problem di masa depannya mengingat kedustaan itu pengingkaran atas fakta sosial. Karena itu berwatak jujur itu mengasikkan. Hal ini terbukti pada sosok yang selama ini menjadi simbol kejujuran, yaitu sahabat Abu Bakar as-Shiddiq. Namanya terkenang baik sepanjang masa. Menjadi teladan generasi setelahnya. Kondisi sebaliknya terjadi pada sosok Musailamah al-Kadzzab, namanya tercoreng sepanjang masa.

Rasulullah saw contoh pribadi yang sempurna kejujurannya. Bahkan dalam konteks berguraupun, Rasulullah saw jujur. Pernah, suatu hari Rasulullah didatangi seorang sahabat lanjut usia. Dia minta didoakan masuk surga. Rasulullah saw menyampaikan bahwa di surga tidak ada orang tua seperti dia. Kontan sahabat tua tersebut menangis sedih. Akhirnya Rasulullah saw menyusuli penjelasannya bahwa memang di surga tidak ada orang tua karena Allah menjadikan semua penghuni surga tampak muda. Sahabat itu pun tersenyum bahagia.

Wallahu A’lam bis Shawab

Penulis adalah Ketua PBNU; Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA