Demikian disampaikan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas. Menurutnya, agama memiliki paradoks yang melekat dalam dirinya, satu sisi menjadi alat perdamaian dan di sisi lain menjadi alat penghancuran.
"Pada saat dunia jatuh pada situasi kacau seperti sekarang ini, kita yang mengerti dan paham tentang paradoks agama tadi memiliki tanggungjawab yang besar untuk membendung sifat destruktif agama agar tidak terjadi tragedi kemanusiaan yang lebih besar," kata Yaqut dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 12/5).
Saat ini, sambungnya, konflik atas nama agama terus berlangsung di berbagai belahan dunia. Pembantaian manusia oleh kelompok yang mengatasnamakan ISIS dan Alqaedah di Timur Tengah, pengucilan muslim Rohingya oleh mayoritas Budha di Myanmar, hingga ancaman terror bom di Indonesia merupakan bukti kongkret konflik atas nama agama.
"Akar dari masalah ini adalah sifat manusia itu sendiri, dan khususnya kecenderungan pemeluk agama melihat diri mereka sebagai kelompok yang eksklusif, yang berbeda dan lebih unggul dari agama lain," demikian Yaqut.
[ysa]
BERITA TERKAIT: