Di mata politisi senior Rachmawati Soekarnoputri, infrastruktur ini hanya digunakan rezim penguasa sebagai politik primadona. Ini menjadi sarana dalam melaksanakan azas manfaat pemerintahan, dengan membangun jalan tol, MRT sampai kereta api cepat.
"Dari kaca mata masyarakat awam, memang seperti mendapat angin surga angan-angan keluar dari neraka kemacetan lalu lintas," kata Rachmawati dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 28/1).
Namun, Rachmawati menilai masyarakat awam itu tidak tahu bahwa di balik berbagai proyek itu ada beban utang yang menimpa. Dan yang jelas kini, utang Indonesia sudah hampir mencapai R0 4 ribu triliun.
"Belum lagi di dalam proyek-proyek tersebut diduga ada praktek-praktek mark-up pembiayaan," ungkap Rachma.
Terkait dengan dugaan mark-up ini, Rachma membuat perbandingan. Pengerjaan kereta api cepat di negara Iran yg dikerjakan oleh China Railway Engineering Corp sepertti di Indonesia, dengan jarak tempuh 400 km, hanya dengan biaya Rp 35,1 triliun.
Sementara di Indonesia, dengan perusahaan yang sama dan dengan jarak tempuh 150 km, biayanya mencapai Rp 71,4 triliun. Padahal dari sisi waktu, jangka waktu pengerjaan pun sama yaitu 2015-2018.
"Jadi para pengguna transportasi jangan terkecoh angin surga sebab buntutnya kita mesti bayar utang selama 60 tahun, dan kabarnya 3 bank BUMN sudah dijadikan jaminan hanya untuk memenuhi proyek primadona ambisi pemerintahan Jokowi," demikian Rachma.
[ysa]
BERITA TERKAIT: