CDCC Desak Pemerintah Pastikan Buku-Buku TK Bebas Dari Paham Radikal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Selasa, 26 Januari 2016, 07:15 WIB
CDCC Desak Pemerintah Pastikan Buku-Buku TK Bebas Dari Paham Radikal
Alpha Amirrachman/net
rmol news logo . Adanya kata-kata yang dianggap memberikan nuansa radikalisme dalam buku-buku pelajaran taman kanak-kanak adalah hal yang serius, kerena penanaman pemahaman dan sikap dalam usia dini dapat melekat seumur hidup.

"Karena itu perlu dilakukan investigasi yang serius dan hati-hati apa sebenarnya motif dari penulis memuatnya," kata Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperationg among Civilisations (CDCC), Alpha Amirrachman, kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Selasa, 26/1).

Menurut Alpha, memang penulis sudah membantah tidak ada maksud tertentu untuk mengarahkan anak didik pada pemahaman radikalisme. Menurut penulis buku tersebut, suku kata atau kalimat tersebut diinterpretasikan secara liar ke arah radikalisme.

Adapun contoh-contoh yang terdapat di buku-buku tersebut seperti, "sahid di medan jihad" "bom", "gegana ada di mana", "hati-hati zona bahaya", "bazoka di-bawa lari".

Menurut Alpha, meskipun Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Kemdikbud sudah mengeluarkan Surat Edaran yang berisi larangan bahan ajar PAUD yang mengandung kekerasan, namun investigasi yang menyeluruh perlu dilakukan. Ahli bahasa perlu diundang untuk ikut dalam investigasi apakah memang ada unsur kesengajaan atau tidak.

"Latar belakang si penulis juga perlu ditelaah untuk melihat apakah memang ada orientasi tertentu dalam hidupnya yang mengarahkannya memuat tulisan-tulisan yang dianggap mengandung unsur kekerasan itu," ungkap Alpha, yang juga Direktur Riset dan Edukasi Indonesia Mendidik.

Hal ini, smabung Alpha, penting dilakukan karena pendidikan adalah wilayah yang strategis dalam menanamkan pehaman dan sikap. Pengalaman sewaktu TK dan SD seringkali melekat dalam benak dan bahkan mempengaruhi pikiran dan perilaku saat ini. Karena itu pemerintah perlu secara serius memperhatikan agar paham-paham yang tidak selaras dengan Pancasila dan Islam yang rahmatan lil 'alamin tidak masuk dan merusak pikiran dan perilaku anak-anak bangsa.

"Di sinilah perlunya penanggulangan terorisme bukan hanya di hilir dengan sibuk menangkap dan menembak teroris, tapi juga di hulu dengan melakukan antisipasi-antisipasi termasuk memastikan buku-buku ajar di lembaga-lembaga pendidikan yang ada memberikan pemahaman yang selaras dengan Pancasila dan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta," jelas Alpha.

Dalam konteks ini, sambung Alpha, bukan aparat keamanan dengan laras senjata atau intelijen yang berperan, namun peran guru dan para tokoh agama dengan buku-buku ajar di lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat  serta sikap orang tua di rumah dalam memberikan pemahaman dan contoh sikap yang tepat bagi anak didik dan umat mereka.

Seperti diberitakan sebelumnya, ditemukan buku pelajaran untuk tingkat Taman Kanak-kanak yang berbau unsur radikalisme beredar di Depok, Jawa Barat. Penemuan tersebut berdasarkan adanya laporan orangtua salah satu murid TK yang ada di Depok pada Selasa (19/1). Buku yang dinilai berbau unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul Anak Islam Suka Membaca. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA