Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemerintah Gagal, Aksi Teror Tak Akan Habis Sampai Kiamat Pun

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Minggu, 17 Januari 2016, 09:55 WIB
Pemerintah Gagal, Aksi Teror Tak Akan Habis Sampai Kiamat Pun
abdullah hehamahua
rmol news logo Aksi teror masih terus terjadi di Indonesia. Aksi teror ditengarai tak akan habis bahkan akan terus terjadi sampai kiamat. Karena pemerintah salah dalam mendiagnosa penyebab aksi teror tersebut.

"Menurut saya sampai kiamat tidak akan selesai," jelas tokoh Islam Abdullah Hehamahua dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL pagi ini.

Hehamahua menceritakan setelah terjadi penyanderaan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada tahun 1981, Pangkopkamtib saat itu, Sudomo mengumpulkan para tokoh Islam. Mantan penasihat KPK juga ini hadir selaku Ketua Umum PB HMI.

Dalam kesempatan itu, Sudomo menjelaskan sejarah pergerakan 'terorisme' di Indonesia mulai dari zaman kemerdekaan. Dia menyebut organisasi para pelaku mulai dari DI/TII, Komando Jihad dan lain sebagainya.

"Saat itu saya menyampaikan, kalau dokter saya harus berhenti. Karena saya sudah gagal dalam mendiagnos pasien. Ini dari tahun 1945 pemerintah tak bisa mendiagnosanya," ungkapnya.

Terkait kasus Woyla, misalnya, Hehamahua mempertanyakan kepada Sudomo kenapa semua pelaku ditembak mati padahal sudah menyerah.

"Ketika turun dari pesawat, pembajak angkat tangan. Terus semua dibunuh, ditembak mati. Seharusnya kan bisa ditanya jaringannya, yang membiayai," jelas Hehamahua.

Ditanya seperti itu, Sudomo hanya menjawab enteng. "Ajal itu di tangan yang di atas," kata Hehamahua mengutip pernataan Sudomo.

Dia menduga penembakan tersebut adalah politik menghilangkan jejak. Apalagi dalam dunia intelijen, dia menambahkan, orang-orang yang sudah tidak diperlukan lagi akan dihabisi.

Saat ini para pelaku teror tersebut tidak lagi disebut sebagai afiliasi DI/TII. Namun dengan nama baru.

Hehamahua mengingatkan pada masa Orde Baru, ada penelitian dari sebuah lembaga think-tank, yang menyebutkan kalau umat Islam mengerti ajaran Al Quran yang sesungguhnya dan mempratikkannya dalam kehidupan sehari-hari, secara alamiah akan terjadi kemakmuran.

"Mereka menginginkan jangan dibiarkan Indonesia sejahtera. Karena kalau umat Islam yang mayoritas makmur, Indonesia akan makmur juga. Makanya umat Islam harus diganggu, setiap lima tahun ada gerakan, misalnya Komji, Inkar Sunnah, Imam Mahdi dan lain-lain supaya masyarakat ribut," tandasnya.

Terkait aksi teror belakangan ini, menurutnya, kalau pemerintah serius ingin memberantasnya, harus dipenuhi apa yang menjadi tuntutan para pelaku teror tersebut. Dia mengungkapkan, selama ini sudah jelas disampaikan bahwa rakyat Indonesia yang pergi ke Suriah bergabung dengan ISIS dengan dua motif: uang dan sorga.

"Kalau uang, pemerintah harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan," tandasnya. Sementara kalau sorga, beri keleluasaan bagi mereka untuk memberlakukan syariat Islam.

Selain itu, dia sepakat, passport orang-orang yang diduga pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS harus dicabut. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA