Pencurian bagasi di beberapa bandara, jadwal penerbangan tidak tepat waktu atau
delay, serta sejumlah kasus gangguan teknis penerbangan, membuat banyak orang khawatir.
Melihat hal tersebut, tak heran jika beberapa maskapai di Indonesia mendominasi daftar maskapai tidak aman 2016 versi lembaga pemeringÂkat tingkat keselamatan penerbangan asal Australia, AirlineRatings.
Melalui websitenya
AirlinesRatings.com, lembaga itu merilis hasil riset terbarunya. Disebutkan, terdapat 407 maskapai yang diberi penilaian. Sekitar 148 di antaranya mendapatkan nilai tertinggi yaitu bintang 7. Ratusan maskapai mendapatkan bintang 4-6 dan puluhan maskapai diberi peringÂkat bintang 3-1.
Dalam penilaian tersebut, kecelaÂkaan dengan korban jiwa, bisa menÂgurangi penilaian setiap maskapai. Sementara itu, yang mendapatkan bintang 1 adalah maskapai yang dianggap paling tidak aman.
Maskapai-maskapai yang dinilai paling tidak aman itu mayoritas berasal dari Indonesia, yaitu, Batik Air, Citilink, KalStar Aviation, Lion Air, Nepal Airlines (Nepal), Sriwijaya Air dan Nam Air, Tara Air (Nepal), TransNusa, Wings Air, dan Expres Air.
Namun, terdapat beberapa maskapai yang belum dinilai.
AirlineRatings mengungkapkan, beÂberapa maskapai ini masuk kategori
Safety Rating Pending. Di antaranya, AirAsia Indonesia, Merpati Airlines, Rex Australia, dan Trigana Air.
Meski demikian, media Inggris seperti
Daily Mail meragukan akurasi penilaian AirlineRatings
. Pasalnya, Merpati Airlines yang sudah tidak beroperasi sejak 2014, namun masih masuk dalam penilaian. Sementara, Malaysia Airlines yang sempat menÂgalami dua kecelakaan besar yang menjadi perhatian Internasional malah mendapatkan bintang 5.
Masyarakat pengguna media sosial tidak sepenuhnya mengamini hasil survei AirlineRatings
. Meskipun mengakui sejumlah maskapai swasta sering bermasalah.
Di jejaring sosial nasional
Kaskus. co.id, topik ini sempat menjadi
Top Thread teratas pada Jum’at (8/1) dengan 7.389 akun membahasnya. Topik ini juga ramai dibahas netizen pengguna lini massa Twitter.com.
Di antaranya, pengguna akun frii mengisahkan pengalamannya mengÂgunakan maskapai Sriwijaya Air. "Pengalaman ane naik Sriwijaya sih pas landing tuh panel tombol lampu sama ACyang di atas kepala tahu tahu copot menimpa kepala ane. Ngeri-ngeri sedap gan, untung masih selamat," tulisnya.
Akun hansipbaris menyindir agar maskapai-maskapai nasional yang dinilai tidak aman itu menyiapkan kursi pelontar untuk semua penumpÂang. "Untuk antisipasi, pasang pelonÂtar di tiap seat pesawat," sindirnya.
Sindiran juga disampaikan akun line360. "Hahaha. Bagi yang suka tantangan maut, mau uji nyali, naik 9 maskapai itu aja."
Netizen yang lain mempertanyaÂkan hasil survei AirlineRating, yang menempatkan maskapai Sriwijaya Air dan Citilink dalam daftar maskaÂpai tidak aman. Karena selama ini tidak ada kabar pesawat Sriwijaya Air dan Citilink bermasalah. Apalagi Citilink merupakan maskapai milik negara, anak perusahaan Garuda Indonesia.
"Serius Citilink dan Sriwijaya nggak aman?" tulis akun Pinocchio mempertanyakan akurasi penilaian AirlineRatings.
Komentar akun Pinocchio ditangÂgapi akun line360. Dia menduga, Sriwijaya Air dinilai tidak aman karÂena mengoperasikan armada pesawat berumur. "Mungkin karena Sriwijaya pakai pesawat tua," katanya.
Akun ShienHe ikut menjelaskan, penilaian kepada maskapai juga dapat dikaitkan dengan maskapai yang satu grup. "Batik Air kalau nggak salah satu anak perusahaan Lion Air Group. Yah kayaknya 11-12 soal mainteÂnance-nya. Citilink anak perusahaan Garuda, selama ini jarang denger yang aneh-aneh sih," tuturnya.
Beberapa netizen lain memperÂtanyakan dasar penilaian peringkat maskapai penerbangan tidak aman. Di antaranya, akun kianz10 meminta pihak AirlineRatings menjelaskan metode yang digunakan. "Parameter penilaiannya apa nih?" tanya dia.
Akun 259X3 menilai, hasil riset itu berlebihan. Karena menyebut hampir semua maskapai nasional tidak aman. "Hasil surveinya terlalu berlebihan, masak hampir semua maskapai tidak aman asal Indonesia," ujarnya.
Netizen parkbench menyamÂpaikan pembelaan. "Menurut ane, maskapai-maskapai ini jadi alterÂnatif selain Garuda," ucapnya.
Dia juga bersyukur AirlineRating tidak menilai semua maskapai naÂsional tidak aman. "Untung 'pelat merah airline' Garuda Indonesia nggak masuk daftar," ujarnya.
Terlepas dari persoalan akurasi peÂnilaian lembaga asal Australia itu, pengguna akun Absizah meminta Kementerian Perhubungan tidak tinggal diam menyikapi hasil riset ini. "Waduh. Kemenhub ngapain? Kok sampai munÂcul penilaian 9 maskapai asal Indonesia nggak aman," tulisnya.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Maskapai Nasional Indonesia (INACA), M. Arif Wibowo, mempertanÂyakan kriteria penilaian AirlineRating. com terhadap aspek keamanan dan keselamatan perusahaan penerbangan Indonesia.
"Kriteria yang jelas amat diperlukan mengingat industri penerbangan
full regulated atau dipenuhi dengan berÂbagai aturan yang mengikat (mandaÂtory), karena menyangkut risiko tinggi dan hidup manusia," ujar Arif.
Menurutnya, maskapai nasional memiliki komitmen meningkatkan standar keamanan dan keselamatan penerbangan,
safety is mandatory. "Kami senantiasa patuh pada peraÂturan keamanan dan keselamatan, baik peraturan pemerintah,
International Civil Aviation Organization (ICAO),
Federal Aviation Administration (FAA) dan
European Aviation Safety Agency (EASA), serta berbagai peraturan regulator internasional lain," tandasnya.
Protes juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia, Albert Burhan. CEO PT Citilink Indonesia itu memÂpertanyakan dasar. kriteria atau metode yang dilakukan AirlineRatings memberi penilaian. "Harus ada kriteria yang jelas dan metodologi yang bisa dipertangÂgungjawabkan," katanya.
Albert mengatakan, penilaian terhadap maskapai merupakan hal yang wajar, tapi harus dilakukan secara objektif dan terbuka.
Apalagi, tambahnya, hasil survei tersebut sangat berbeda dengan versi World Airline Award 2015 yang diuÂmumkan SKYTRAXâ€"konsultan penerbangan Inggrisâ€"pertengahan tahun lalu, yang hanya menempatÂkan Lion Air di peringkat sembilan maskapai terburuk. ***
BERITA TERKAIT: