Ngeri Gan, Banyak Maskapai Nasional Cocok Buat Uji Nyali

Senin, 11 Januari 2016, 08:19 WIB
Ngeri Gan, Banyak Maskapai Nasional Cocok Buat Uji Nyali
foto:net
rmol news logo Netizen heboh menanggapi pemberitaan tentang hasil survei situs AirlineRatings.com, yang menempatkan 9 dari 10 airlines paling tidak aman di dunia merupakan maskapai penerbangan nasional. Penilaian lembaga asal Australia itu dipersoalkan kar­ena menyebut hampir semua maskapai nasional tidak aman.

Pencurian bagasi di beberapa bandara, jadwal penerbangan tidak tepat waktu atau delay, serta sejumlah kasus gangguan teknis penerbangan, membuat banyak orang khawatir.

Melihat hal tersebut, tak heran jika beberapa maskapai di Indonesia mendominasi daftar maskapai tidak aman 2016 versi lembaga pemering­kat tingkat keselamatan penerbangan asal Australia, AirlineRatings.

Melalui websitenya AirlinesRatings.com, lembaga itu merilis hasil riset terbarunya. Disebutkan, terdapat 407 maskapai yang diberi penilaian. Sekitar 148 di antaranya mendapatkan nilai tertinggi yaitu bintang 7. Ratusan maskapai mendapatkan bintang 4-6 dan puluhan maskapai diberi pering­kat bintang 3-1.

Dalam penilaian tersebut, kecela­kaan dengan korban jiwa, bisa men­gurangi penilaian setiap maskapai. Sementara itu, yang mendapatkan bintang 1 adalah maskapai yang dianggap paling tidak aman.

Maskapai-maskapai yang dinilai paling tidak aman itu mayoritas berasal dari Indonesia, yaitu, Batik Air, Citilink, KalStar Aviation, Lion Air, Nepal Airlines (Nepal), Sriwijaya Air dan Nam Air, Tara Air (Nepal), TransNusa, Wings Air, dan Expres Air.

Namun, terdapat beberapa maskapai yang belum dinilai. AirlineRatings mengungkapkan, be­berapa maskapai ini masuk kategori Safety Rating Pending. Di antaranya, AirAsia Indonesia, Merpati Airlines, Rex Australia, dan Trigana Air.

Meski demikian, media Inggris seperti Daily Mail meragukan akurasi penilaian AirlineRatings. Pasalnya, Merpati Airlines yang sudah tidak beroperasi sejak 2014, namun masih masuk dalam penilaian. Sementara, Malaysia Airlines yang sempat men­galami dua kecelakaan besar yang menjadi perhatian Internasional malah mendapatkan bintang 5.

Masyarakat pengguna media sosial tidak sepenuhnya mengamini hasil survei AirlineRatings. Meskipun mengakui sejumlah maskapai swasta sering bermasalah.

Di jejaring sosial nasional Kaskus. co.id, topik ini sempat menjadi Top Thread teratas pada Jum’at (8/1) dengan 7.389 akun membahasnya. Topik ini juga ramai dibahas netizen pengguna lini massa Twitter.com.

Di antaranya, pengguna akun frii mengisahkan pengalamannya meng­gunakan maskapai Sriwijaya Air. "Pengalaman ane naik Sriwijaya sih pas landing tuh panel tombol lampu sama ACyang di atas kepala tahu tahu copot menimpa kepala ane. Ngeri-ngeri sedap gan, untung masih selamat," tulisnya.

Akun hansipbaris menyindir agar maskapai-maskapai nasional yang dinilai tidak aman itu menyiapkan kursi pelontar untuk semua penump­ang. "Untuk antisipasi, pasang pelon­tar di tiap seat pesawat," sindirnya.

Sindiran juga disampaikan akun line360. "Hahaha. Bagi yang suka tantangan maut, mau uji nyali, naik 9 maskapai itu aja."

Netizen yang lain mempertanya­kan hasil survei AirlineRating, yang menempatkan maskapai Sriwijaya Air dan Citilink dalam daftar maska­pai tidak aman. Karena selama ini tidak ada kabar pesawat Sriwijaya Air dan Citilink bermasalah. Apalagi Citilink merupakan maskapai milik negara, anak perusahaan Garuda Indonesia.

"Serius Citilink dan Sriwijaya nggak aman?" tulis akun Pinocchio mempertanyakan akurasi penilaian AirlineRatings.

Komentar akun Pinocchio ditang­gapi akun line360. Dia menduga, Sriwijaya Air dinilai tidak aman kar­ena mengoperasikan armada pesawat berumur. "Mungkin karena Sriwijaya pakai pesawat tua," katanya.

Akun ShienHe ikut menjelaskan, penilaian kepada maskapai juga dapat dikaitkan dengan maskapai yang satu grup. "Batik Air kalau nggak salah satu anak perusahaan Lion Air Group. Yah kayaknya 11-12 soal mainte­nance-nya. Citilink anak perusahaan Garuda, selama ini jarang denger yang aneh-aneh sih," tuturnya.

Beberapa netizen lain memper­tanyakan dasar penilaian peringkat maskapai penerbangan tidak aman. Di antaranya, akun kianz10 meminta pihak AirlineRatings menjelaskan metode yang digunakan. "Parameter penilaiannya apa nih?" tanya dia.

Akun 259X3 menilai, hasil riset itu berlebihan. Karena menyebut hampir semua maskapai nasional tidak aman. "Hasil surveinya terlalu berlebihan, masak hampir semua maskapai tidak aman asal Indonesia," ujarnya.

Netizen parkbench menyam­paikan pembelaan. "Menurut ane, maskapai-maskapai ini jadi alter­natif selain Garuda," ucapnya.

Dia juga bersyukur AirlineRating tidak menilai semua maskapai na­sional tidak aman. "Untung 'pelat merah airline' Garuda Indonesia nggak masuk daftar," ujarnya.

Terlepas dari persoalan akurasi pe­nilaian lembaga asal Australia itu, pengguna akun Absizah meminta Kementerian Perhubungan tidak tinggal diam menyikapi hasil riset ini. "Waduh. Kemenhub ngapain? Kok sampai mun­cul penilaian 9 maskapai asal Indonesia nggak aman," tulisnya.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Maskapai Nasional Indonesia (INACA), M. Arif Wibowo, mempertan­yakan kriteria penilaian AirlineRating. com terhadap aspek keamanan dan keselamatan perusahaan penerbangan Indonesia.

"Kriteria yang jelas amat diperlukan mengingat industri penerbangan full regulated atau dipenuhi dengan ber­bagai aturan yang mengikat (manda­tory), karena menyangkut risiko tinggi dan hidup manusia," ujar Arif.

Menurutnya, maskapai nasional memiliki komitmen meningkatkan standar keamanan dan keselamatan penerbangan, safety is mandatory. "Kami senantiasa patuh pada pera­turan keamanan dan keselamatan, baik peraturan pemerintah, International Civil Aviation Organization (ICAO), Federal Aviation Administration (FAA) dan European Aviation Safety Agency (EASA), serta berbagai peraturan regulator internasional lain," tandasnya.

Protes juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia, Albert Burhan. CEO PT Citilink Indonesia itu mem­pertanyakan dasar. kriteria atau metode yang dilakukan AirlineRatings memberi penilaian. "Harus ada kriteria yang jelas dan metodologi yang bisa dipertang­gungjawabkan," katanya.

Albert mengatakan, penilaian terhadap maskapai merupakan hal yang wajar, tapi harus dilakukan secara objektif dan terbuka.

Apalagi, tambahnya, hasil survei tersebut sangat berbeda dengan versi World Airline Award 2015 yang diu­mumkan SKYTRAXâ€"konsultan penerbangan Inggrisâ€"pertengahan tahun lalu, yang hanya menempat­kan Lion Air di peringkat sembilan maskapai terburuk. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA