Transformasi Pendidikan Islam: Menuju Paradigma Eco-Teologi dan Kurikulum Cinta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 30 Desember 2025, 16:18 WIB
Transformasi Pendidikan Islam: Menuju Paradigma Eco-Teologi dan Kurikulum Cinta
Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam kegiatan Review and Design on Islamic Educatio Direktorat Jenderal Pendidikan Islam 2025 yang digelar Kemenag, Selasa 30 Desember 2025 (RMOL/Reni Erina).
rmol news logo Kementerian Agama RI melalui Ditjen Pendidikan Islam melakukan langkah transformatif dalam kegiatan Review and Design di Jakarta, Selasa 30 Desember 2025. 

Menteri Agama Nazaruddin Umar menegaskan perlunya pergeseran paradigma dari cara berpikir atomistik (parsial) menuju pemikiran yang holistik dan integratif.

Dua pilar utama yang diusung dalam transformasi ini adalah Eco-Teologi dan Kurikulum Cinta.

Menteri Agama memperkenalkan Eco-Teologi sebagai solusi atas krisis ekologis global. Konsep ini menekankan bahwa hubungan antara Tuhan (God), Manusia (Man), dan Alam (Nature) adalah satu kesatuan segitiga yang tak terpisahkan.

Menurutnya, penyelamatan lingkungan tidak cukup hanya dengan bahasa politik atau administrasi, melainkan harus menyentuh sisi spiritual. Alam semesta adalah titipan yang harus dijaga, bukan objek untuk dieksploitasi tanpa batas.

Masyarakat diajak untuk beralih dari sekadar religiousness (formalisme kaku) menjadi religious minded (berprinsip namun terbuka). Agama harus menjadi inspirasi kreativitas untuk menjaga semesta, bukan penjara yang mematikan inovasi.

Terobosan kedua adalah pengintegrasian Kurikulum Cinta ke dalam sistem pendidikan Islam. Menurut Menag, pendidikan tanpa landasan cinta bukanlah pendidikan yang hakiki.

Kurikulum ini mencakup aspek ontologi, epistemologi, hingga aksiologi yang berakar pada kasih sayang. Jika cinta telah menjadi basis, maka diskriminasi akan hilang dan kepedulian terhadap sesama serta alam akan tumbuh secara alami.

Menag juga memaparkan empat pilar kasih sayang. Konsep ini mengadopsi nilai filosofis yang diselaraskan dengan ajaran Islam, yaitu; Mahabbah - cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Philia - cinta kepada sesama teman dan sahabat. Eros - hasrat keduniawian yang diarahkan pada produktivitas positif. Kemudian storge - cinta dalam ikatan keluarga.

Kurikulum Cinta bertujuan menghapus jurang pemisah antara guru dan murid serta menghilangkan diskriminasi, sehingga setiap individu tumbuh sebagai manusia yang setara dan merdeka.

Meski menantang, transformasi ini merupakan proses berkelanjutan (on-going process) untuk mencetak Insan Kamil (manusia paripurna). 

Melalui pendekatan konseptual dan intelektual, Ditjen Pendis berkomitmen menyusun peta jalan (road map) yang jelas agar nilai-nilai Eco-Teologi dan Kurikulum Cinta dapat terwujud dalam kebijakan nyata di seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA