Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mantan Teroris: Jangan Sampai ISIS Berkembang Di Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 29 Desember 2015, 23:46 WIB
Mantan Teroris: Jangan Sampai ISIS Berkembang Di Indonesia
rmol news logo Keberadaan Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) sekarang membuat ancaman terorisme semakin variatif. Dulu aksi terorisme dipicu oleh permusuhan tunggal dengan Amerika Serikat dengan kelompok Al Qaeda, terutama menyangkut kebijakannya terhadap umat Islam setelah terjadinya aksi bom World Trade Centre (WTC).

"Mereka (ISIS) sasarannya bukan AS sebagai prioritas, bahkan orang biasa saja bisa dianggap musuh atau murtad bila tidak sepaham. Contohnya peristiwa di Sudan, Irak, dan Paris. Kita berharap hal itu tidak terjadi di Indonesia," jelas mantan teroris yang kini sudah kembali ke pangkuan NKRI, Imron Baihaqi alias Abu Tholut (Selasa, 29/12).
 
"Caranya jangan sampai ISIS berkembang di Indonesia dan jangan sampai umat muslim Indonesia terekrut oleh propaganda ajaran ISIS," tegasnya.

Apalagi, dia menambahkan, ISIS dan Islam itu sangat jauh berbeda, terutama bagi Islam yang ada di Indonesia. Dalam terminologi Islam, para ulama mengatakan bahwa mereka itu sebagai kelompok khawarj dan diluar kelompok Ahlussunnah wal Jamaah yang mayoritas dianut umat Islam Indonesia.

"Jadi sangat jelas perbedaannya, apalagi ISIS menghalalkan cara-cara kekerasan dalam penerapan ajarannya. Bila ISIS berkembang di Indonesia maka akan terjadi konflik internal di masyarakat sehingga negara ini tidak stabil. Jadi mulai sekarang kita harus bisa membentengi diri dari ISIS, agar tidak masuk dan membuat gaduh di Indonesia," ungkapnya.

Karena itu, Abu Tholut dengan beberapa mantan teroris yang lain seperti Abdul Rahman Ayub, Nasir Abbas, Ghazali, Toni Togar, dan lain-lain siap membantu pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya aksi terorisme di Indonesia.

"Kami tidak meminta apa-apa. Kami hanya ingin Indonesia yang damai dan tidak dikotori oleh-oleh aksi-aksi ISIS yang tidak berperikemanusiaan," tukasnya.

Ia menilai adanya sharing dan komunikasi ini sangat positif dan konstruktif dalam memecahkan kebuntuan antara pihak pemerintah yang menangani pencegahan terorisme (BNPT) dengan mereka yang pernah terlibat kasus terorisme, napi terorisme, dan mantan napi terorisme. Langkah ini akan menjadi fondasi awal untuk membangun kepercayaan dalam mencegah terjadinya kembali aksi terorisme di Indonesia.

Menurutnya, komunikasi intensif dan wakil pemerintah dan wakil masyarakat, dalam tanda petik dari kelompok radikal, sangat penting  sehingga di kemudian hari ada gerakan yang sinergis dalam pencegahan terorisme.

"Kalau sudah sinergi, maka jalannya pasti akan selaras. Selama ini pencegahan terorisme yang dilakukan BNPT sudah cukup bagus, tapi masih ada yang kurang. Memang masih belum sempurna, makanya harus disempurnakan.Jangankan masalah terorisme yang parsial, masalah yang global yaitu tujuan kemerdekaan juga sepenuhnya belum tercapai. Jadi evaluasi dan koreksi yang terus dilakukan secara bersama-sama," pungkas Abu Tholut. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA