MENCEGAH KONFLIK KEAGAMAAN (7)

Mencermati Sumber Dana Kelompok Radikal

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 07 Desember 2015, 10:00 WIB
Mencermati Sumber Dana Kelompok Radikal
nasaruddin umar:net
rmol news logo Jika kelompok radikal kea­gamaan memiliki dana yang cukup maka sudah pasti bisa menjadi ancaman konf­lik. Karena itu, mencermati dana kelompok radikal perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Kelompok radikal yang menghebohkan kota Paris baru-baru itu jum­lahnya sangat kecil, bisa dihitung jari, tetapi memiliki dana yang memungkinkan melakukan persiapan matang dan mengadakan senjata cangih akhirnya bisa melakukan aksinya seperti yang direncanakan.

Umumnya Kelompok Radikal mengelola sum­ber dananya sendiri. Mereka menyadari bahwa tidak mungkin bisa memperoleh dana terbuka dari masyarakat luas seperti halnya ornas-or­mas lain, yang bebas mengirim proposal permo­honan bantuan perjuangan umat. Mereka juga menyadari tidak mungkin memperoleh bantuan dana dari pemerintah. Baghkan pemerintah dini­lai amat proaktif memotong mata rantai sum­ber-sumber dana mereka, baik dari dalam neg­eri melalui regulasi ketat, maupun bantuan dari luar negeri melalui pemantauan pengiriman dan transfer dana dari luar yang mencurigakan. Mer­eka juga sulit mendapatkan pendanaan dari pihak swasta atau pengusaha, karena tentu pihak mer­eka khawatir usahanya akan gulung tikar setelah diisukan pendukung dana teroris atau kelompok garis keras lainnya. Mereka tidak mungkin mem­bawa uang cash atau travel check dari luar negeri karena jika ketahuan maka bukan hanya dana itu akan diambil tetapi dirinya juga akan ditahan.

Kelompok radikal berusaha mencari akal untuk memperoleh dana dari luar melalui pengiriman surat-surat berharga non-uang atau check. Kel­ompok jaringan teroris pernah ditemukan meng­gunakan permata atau berlian yang bernilai tinggi untuk lolos dari X-ray. Di beberapa tempat, terura­ma di perbatasan Sumatera dan Malaisia sering ditemukan penyelundupan ganja yang kemudian ditukar dengan senjata dari negara-negara lain. Di antara mereka juga memiliki keahlian mem­produksi narkoba untuk selanjutnya dijadikan sumber keuangan di dalam membiayai perjuan­gan mereka. Bahkan ada yang merampok bank dan toko-toko emas untuk mendanai perjuangan mereka, seperti yang dilakukan kelompok teroris yang sudah ditangkap di berbagai tempat. Mereka berusaha menciptakan sumber-sumber ekonomi mandiri dari para anggotanya dengan menyisih­kan sebagian besar keuntungan untuk mendanai perjuangan mereka.

Mungkin karena ada motivasi kuat, maka etos kerja kelompok ini sangat gigih. Bahkan merela­kan diri siang dan malam mengoleksi dana-dana recehan, seperti yang pernah ditemukan men­goleksi dana recehan dari pinggir jalan melalui kotak-kotak amal, menjual produk-produk ter­tentu melalui bisnis multi level system, atau apa saja yang bisa menghasilkan uang untuk men­danai perjuangan mereka. Secara konvensional uang cash dapat dihimpun melalui yuran-yuran tetap anggota. Bisa juga menyamarkan sebuah yayasan keagamaan sebagai badan hokum yang bisa digunakan untuk menampung bantual legal dari donator. Mereka tidak segan-segan menjaual properti mereka, seperti rumah, tanah, bangunan, dan kendaraan, untuk membiayai kegiatan yang dinilainya sangat mendesak. Mereka maknai ayat: "… berjihadkan dengan harta dan diri kalian…". Mereka tidak sadar bahwa berjihad dengan harta tidak boleh dengan cara mengorbankan atau me­nelantarkan keluarga sendiri. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA