Pada klip lagu "Pengkhianat" yang dinyanyikan grup Rodinda dan diantarkan dengan prolog kata-kata Prananda Prabowo putra Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, juga terdapat gambar/frame yang bisa menjelaskan kepada kita ke mana arah lagu itu ditujuakan. Memang untuk seseorang yang (dianggap) berkhianat. Siapa dia? Bisa dilihat pada frame detik 0:47 klip tersebut. Itulah potongan gambar bertuliskan SUPER LEADERSHIP.
Jadi kemungkinan terbesarnya lagu ini ditujukan buat sang pemimpin super. Tentu ini mengarah kepada Presiden Joko Widodo, yang oleh para pendukungnya memang dianggap sebagai pemimpin super. Tapi membuat Ketua Umum PDIP Megawati menjadi seperti mati langkah.
Tapi sebagai karya seni yang sudah dipublikasi, otoritas penafsiran pembuatnya memang jadi jauh berkurang. Publik lebih punya hak dalam menafsirkannya. Seperti lagu "Bento"-nya Iwan Fals. Pada saat dirilis ke publik, masyarakat menafsirkan itu sindiran buat putra Soeharto (Tommy). Meskipun Setiawan Djody, pengusaha kondang yang menjadi bagian penting lahirnya "Bento" menyanggah, dan mengatakan "Bento" bukan sindiran kepada Tommy Soeharto, toh publik tetap menganggapnya demikian.
Satu-satunya penguji karya seni memang waktu. Lagu "Bento" tetap dinyanyikan banyak orang. Yang menarik, kini saat kita mendengar lagu "Bento", tidak lagi membayangkan putra Pak Harto. Tapi para politisi muda tengil yang korup dan tidak bermoral.
Apakah lagu "Pengkhianat" dari Rodinda akan bertahan seperti "Bento"? Kita lihat setelah rezim berganti.
[***]
BERITA TERKAIT: