Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

KEMENPORA & PSSI

Masa Depan Sepakbola Indonesia Ditanganmu

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/fritz-e-simandjuntak-5'>FRITZ E. SIMANDJUNTAK</a>
OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK
  • Senin, 18 Mei 2015, 16:42 WIB
Masa Depan Sepakbola Indonesia Ditanganmu
TANGGAL 29 Mei 2015 telah ditetapkan sebagai batas waktu yang diberikan FIFA kepada Indonesia untuk menyelesaikan pertikaian antara Kemenpora vs PSSI sudah semakin dekat.  Permintaan FIFA sangat jelas, yaitu Kemenpora segera mencabut SK Nomor 01307 Tahun 2015 yang berisi sanksi administratif bagi PSSI.

Sementara Kemenpora bergeming tidak akan mencabut SK tersebut.  bahkan dengan keyakinan penuh melalui dialog langsung dengan FIFA pada tanggal 24 Mei 2015 mendatang Indonesia tidak akan mendapat sanksi.

PWI sebagai organisasi berkumpulnya para wartawan merasa khawatir atas berlarutnya keadaan ini. Karena apabila FIFA menjatuhkan sanksi pada tanggal 29 Mei 2015, bersamaan dengan Sidang FIFA, maka pencabutan harus dilakukan pada sidang mendatang. Berarti selama empat tahun, atau sampai 2019, sepakbola Indonesia akan terkucil dari dunia internasional.

Selama empat tahun itu sepakbola tidak boleh dimainkan di Indonesia dengan menggunakan aturan FIFA. Termasuk luas lapangan, jumlah pemain, waktu bermain, wasit, dan lain-lain.  Indonesiapun tidak akan bisa tampil dalam beberapa pertandingan internasional.  Tidak terbayangkan betapa malunya Indonesia apabila Asian Games 2018 tanpa diselenggarakan nya pertandingan cabang sepakbola.  Hampir pasti OCA akan mencabut keputusan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.

Sebenarnya Kongres Sepakbola Nasional 2010 di Malang telah menghasilkan tujuh rekomendasi yang disebut dengan "Rekomendasi Malang". Kongres ini diinisiasi oleh pemerintahan SBY dengan tujuan memajukan sepak bola Indonesia. Adapun  tujuh rekomendasi yang dihasilkan KSN di Malang antara lain :

1. PSSI perlu segera melakukan reformasi dan restrukturisasi atas dasar usul, saran dan kritik serta harapan masyarakat dan mengambil langkah-langkah konkret sesuai aturan yang berlaku untuk mencapai prestasi yang diharapkan masyarakat.

2. Perlu adanya pembangunan dan peningkatan infrastruktur olah raga khususnya sepakbola.

3. PSSI perlu meningkatkan komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi dengan stakeholder terutama KONI dan pemerintah.

4. Dilakukan pembinaan sejak usia dini melalui penanganan secara khusus melalui pendekatan Iptek, dengan melibatkan tim yang terdiri dari dokter, psikolog, pemandu bakat dan pakar olah raga serta perlu segera disusun kurikulum standar nasional untuk penyelenggaraan Sekolah sepakbola, PPLP, dan PPLM sepakbola.  

5. Metode pembinaan atlet pelajar/muda supaya juga memperhatikan pendidikan formalnya.

6. Pemerintah menyediakan anggaran dari APBN dan APBD untuk mendukung dan menunjang target dan pencapaian sasaran untuk menuju prestasi (karena dana APBD masih diperlukan untuk stimultan)

7. Perlu segera disusun dan dilaksanakan program pembinaan prestasi yang fokus kepada pembentukan tim nasional untuk menjadi juara dalam SEA Games 2011.

Rekomendasi tersebut sebenarnya mengharapkan terjadinya sinerji antara PSSI dengan seluruh stakeholdernya, terutama dengan pemerintah.  Lihat saja soal rekomendasi tentang pembangunan imfrastruktur, sekolah sepakbola, pemanfaatan iptek, ataupun dukungan dana APBN/APBD.  

Sayangnya kita tidak tahu perkembangan dukungan pemerintah tersebut, kecuali kasus korupsi Hambalang, SEA Games ke 26 di Palembang 2011, PON ke 18 di Riau 2012, , dan terakhir pembangunan  Gedung Olah Raga Bandung Lautan Api (GBLA) untuk PON ke 19 di Bandung 2016. Artinya pembangunan infrastruktur olahraga sarat dengan peluang melakukan korupsi.

Sebagai ilustrasi potensi baik sepak bola di Indonesia,  rata-rata jumlah penonton Liga Indonesia adalah 12.500 orang per pertandingan. Dengan total penonton selama satu musim kompetisi 7,65 juta. Liga di Korea rata-rata 7.200 orang dan total penonton , Liga di Malaysia rata-rata 6.000 orang dan total 1,05 juta penonton, Liga di Singapore yang terancam bangkrut rata-rata hanya 2.500 orang dan total 375 ribu penonton.  

Artinya begitu besar antusias masyarakat Indonesia terhadap sepakbola dan bisa dibayangkan dampak berantai dari pertandingan sepakbola terhadap kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia apabila termasuk kompetisi-kompetisi sepakbola lainnya.  

Karena itu kita patut menghargai upaya PWI menjembatani dialog Kemenpora dengan PSSI agar terjadi titik temu untuk menyelamatkan, bukan saja sepak bola Indonesia, tetapi juga aktivitas ekonomi masyarakat menengah ke bawah di sektor olahraga.  Perlu diketahui bahwa ide kompetisi Galatama lahir dari para wartawan olahraga SIWO PWI.

Namun agar Kemenpora dan PSSI benar-benar komit terhadap langkah-langkah perbaikan, maka kali ini perlu ditandatangani "Partnership Agreement" yang intinya bagaimana kedua lembaga tersebut, secara sejajar bersinerji untuk kejayaan sepakbola Indonesia.  Tanpa hal ini maka kita khawatir kesepakatan tersebut kembali menjadi sebuah dokumen sejarah saja, seperti yang terjadi dengan "Rekomendasi Malang".

Menyikapi Rekomendasi Malang lalu dan penyelesaian dualisme kompetisi tahun 2012, setelah  PSSI bersatu di tahun 2013, PSSI telah membuat "road map" dengan judul "PSSI a Journay of Football Reform" yang dapat diunduh lewat situs PSSI    http://pssi.or.id./dev/izCFiles/uploads/File/PSSI-Journey-Football-Reform.pdf.  

Sementara di awal tahun 2015 PSSI mengumpulkan beberapa wartawan senior, pakar komunikasi politik, mantan pesepakbola nasional, pakar manajemen dalam satu Tim Sinerji. Tim sinerji yang dibentuk oleh Exco PSSI era Djohar Arifin, berhasil merumuskan tiga fokus PSSI ke depan, yaitu: organisasi, kompetisi dan tim nasional.  

Dengan visi menjadi organisasi unggul di tahun 2045,  PSSI ingin mempersembahkan prestasi terbaik kepada Indonesia saat 100 tahun Indonesia merdeka.  Yaitu kompetisi Liga Indonesia akan menjadi kompetisi sepak bola terbaik di Asia dan pada tahun 2046 PSSI diharapkan masuk semi final Piala Dunia 2046.  Laporan Tim Sinerji dapat diunduh lewat akses situs PSSI yaitu http://pssi.org/assets/collections/doc/original/553624b50d83c.pdf.

Melihat beberapa fakta tersebut, sebenarnya sudah banyak yang telah dilakukan oleh PSSI untuk terus memperbaiki diri. Kekurangan yang paling utama di PSSI adalah "citra" buruk tentang suap, pengaturan skor, cuci uang. Meskipun belum banyak bukti yang dapat ditemukan dalam beberapa kasus tersebut. Namun demikian PSSI harus segera melakukan rebranding agar citranya bisa lebih baik di masyarakat.

Wakil Presiden AS Al Gore pernah menyatakan : ”If you want to go fast, go alone.  But if you want to go far, go together”. Maka untuk mewujudkan visi dan misi Sepakbola Indonesia 2045, tidak ada jalan agar Kemenpora dan PSSI beserta stakeholder lainnya harus bersatu bekerja untuk masa depan sepakbola Indonesia.  Mereka bersatu sebagai tim "1 PSSI" atau "Satu Sepakbola Indonesia".

Semoga bersatu !!!


Penulis adalah Sosiolog dan tinggal di Jakarta

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA