Harus Ada Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter untuk Kuatkan Rupiah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Jumat, 08 Mei 2015, 11:57 WIB
Harus Ada Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter untuk Kuatkan Rupiah
ilustrasi/net
rmol news logo . Nilai tukar adalah harga dari mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar pun mencerminkan kondisi makro ekonomi di suatu negara.

"Karena itu, nilai tukar rupiah melemah juga berkaitan dengan pelambatan ekonomi," kata ekonom Destry Damayanti kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Jumat, 8/50.

Destry mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga terkait dengan normalisasi kebijakan moneter dari The Fed, atau Bank Sentral Amerika Serikat. Dengan demikian, bukan faktor pemerintah yang menyebabkan ekonomi melambat.

The Fed menaikkan suku bunga. Karena suku bunga naik, maka investasi dolar menjadi menarik, sebab ada return yang lebih baik. Investor pun ramai-ramai menarik dana, termasuk di Indonesia.

"Bukan hanya Indonesia yang terdampak dengan kebijakan ini. Bukan hanya rupiah yang tertekan," ungkap Destry

Destry sendiri berharap kondisi ini akan segera pulih. Misalnya, dengan langkah Presiden Jokowi yang meresmikan dan meletakkan batu pertama dalam beberapa proyek infrastruktur, yang bisa menarik para ivestor.

"Harus ada koordinasi kebijakan fiskal pemerintah dengan kebijakan moneter BI. Yang jelas, kita harus memberi kesempatan dan memberi waktu kepada pemerintah," ungkap Destry. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA