"Bank Indonesia dan pemerintah harus melalukan edukasi, dan meminta masyarakat untuk tenang. Karena nilai tukar itu juga masalah persepsi masyarakat dan pasar," kata ekonom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zamroni, kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Jumat, 8/5).
Zamroni menilai bahwa memang BI tak bisa mengontrol 100 persen sentimen masyarakat. Namun demikian, mengembalikan kepercayaan itu menjadi salah satu cara menguatkan nilai rupiah.
Cara lain, lanjutnya, adalah pemerintah meningkatkan penerimaan devisa melalui ekspor. Menata fundamental ekonomi juga sangat penting di tengah pengaruh ekonomi global.
"Saya berharap rupiah kembali
recovery dengan Rp 12.500 per dolar AS," ungkap Zamroni.
Diketahui, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi tajam sebesar 0,87 persen ke Rp13.148 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis kemarin(7/5), Nilai tersebut merupakan level terendah dalam hampir dua bulan.
Sementara pihak menilai kinerja BI saat ini buruk. Sebab BI tidak bisa memelihara kestabilan nilai rupiah; baik kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, maupun kestabilan terhadap mata uang negara lain.
[ysa]
BERITA TERKAIT: