"Dan, dalam jangka pendek pasti menyebabkan penurunan daya beli masyarakat miskin, dan otomatis potensi peningkatan jumlah orang miskin meningkat karena penurunan daya beli ini," jelas pengamat ekonomi Dahnil Anzar Simanjuntak kepada pers di Jakarta (Selasa, 18/11).
Menurut Dahnil, momentum kenaikan harga BBM yang cepat di awal kepemimpinan Joko Widodo tepat. Karena Jokowi punya waktu cukup memperbaiki kinerja ekonomi dalam Jangka menengah dan panjang. Walaupun trade off (biaya) jangka pendek yang harus ditanggung adalah peningkatan jumlah orang miskin karena penurunan daya beli disebabkan inflasi yang kemungkinan naik 2 persenan.
Namun, Dahnil mengingatkan, kenaikan harga BBM ini percuma dan sia-sia bagi ekonomi masa depan bila Jokowi tidak memperbaiki secara radikal tata kelola permigasan di Indonesia, yang 86 persen dikuasai oleh asing.
Makanya, Pertamina harus kembali mengusai dominan kilang-kilang minyak di Indonesia dan menganulir dominasi asing terhadap kilang minyak dalam negeri kita.
"Kalau tidak kenaikan harga BBM tidak bermanfaat sama sekali buat ekonomi indonesia Jangka panjang, dan hanya memberikan dampak negatif buat ekonomi Jangka pendek," demikian dosen Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: