"Di dalam Tim Transisi ada yang pernah dimintai keterangan dalam kasus surat keterangan lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Kasus ini sangat mencolok, karena merugikan negara triliunan rupiah," jelas pengamat politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara (Rabu, 13/8).
Yang dimaksud Igor adalah Rini M. Soemarmo, Kepala Staf Kantor Transisi yang sebelumnya pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Lebih jauh dalam amatan Igor, Tim Transisi juga berisikan orang-orang yang belum mumpuni dalam berpolitik. Misalnya, Anies Baswedan yang karirnya selama ini hanya berkutat pada dunia akademik. Sementara Akbar Faizal diketahui kerap berpindah-pindah partai. Sebelum di Nasdem, dia pernah di Hanura dan Partai Demokrat. "Hal ini menandakan inkonsistensi berpolitik," tegasnya.
Karena itu dia menyarankan, kalau mau selamatm Jokowi jangan mengangkat anggota Tim Transisi itu menjadi menteri. Karena kabinet ideal adalah yang memiliki kemampuan memimpin. Selain itu, jangan sampai ada yang memiliki beban masa lalu.
"Kabinet Jokowi bukanlah orang yang hanya pandai berteori dan beretorika, tapi yang mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik," tandasnya.
Lebih jauh dia mengungkapkan, Jokowi mencermati hasil rekap KPU kemarin, dimana selisih suara dengan Prabowo-Hatta hanya delapan juta. Mereka adalah orang-orang yang menginginkan Jokowi memperbaiki bangsa ini.
"Kalau Jokowi salah merekrut orang, maka delapan juta, atau bahkan lebih, akan kecewa. Bila ditambahkan dengan pemilih Prabowo dan Hatta, maka artinya lebih dari 50 persen pemilih pada pilpres menyesal memilih Jokowi," tandasnya.
Selain itu, dia juga mencermati polemik Tim Transisi yang tidak melibatkan partai pendukung Jokowi-JK. "Jika Jokowi salah dalam mengambil kebijakan dalam menentukan pembantunya di pemerintahan, maka pemerintahannya belum tentu berhasil hingga satu periode," pungkas dia.
[zul]
BERITA TERKAIT: