Karena independensi dan netralitas Guru Besar Universitas Brawijaya, Malang itu diragukan.
"Profesor Erani tidak pantas menjadi moderator. Bukan karena intelektualitasnya, tetapi lantaran track-record-nya itu," kata pengamat politik Igor Dirgantara kemarin, (13/6).
Pasalnya, Prof. Erani pernah menjadi anggota Tim Sukses Jusuf Kalla pada pilpres 2009 lalu. Di timses Jusuf Kalla pada pilpres lima tahun lalu itu, dia menjadi salah satu anggota Koordinatoriat Kajian.
Igor juga mengingatkan, debat capres yang disaksikan oleh masyarakat luas memang sensitif karena publik menyoroti pelaksanaan yang harus berjalan adil. Â "Herannya lagi, kenapa KPU tetap menunjuknya sebagai moderator. Bukankah ketika menyeleksi, tim KPU memegang biodata para calon moderator?" tuturnya.
Dia pun menyindir, keputusan KPU itu juga seolah-olah menutup mata pada masih banyaknya pakar ekonomi yang punya kemampuan memandu acara debat.
Makanya, Igor mempertanyakan kinerja lembaga penyelenggara pemilu itu. "Lagi-lagi, KPU memang perlu disorot terus menerus," tandas Igor.
Prof. Erani sendiri, seperti dikutip dari sejumlah media, memilih bungkam ketika ditanya apakah benar pada Pilpres 2009 dirinya masuk jadi tim sukses JK, yang saat itu berpasangan dengan Wiranto. Alasannya, dia tidak boleh bicara dengan media.
Prof. Erani memilih tidak akan berkomentar banyak daripada nanti menimbulkan polemik. Meski demikian, penunjukan dirinya sebagai moderator Debat Capres sudah disepakati oleh KPU dan dua tim sukses pasangan Capres.
"Proses penunjukan moderator tentunya sudah disepakati oleh KPU dan tim sukses pasangan Capres. Jika saya dicurigai lebih condong kepada Jokowi-JK, mengapa akhirnya penunjukan saya jadi moderator juga disepakati oleh tim sukses Prabowo-Hatta," tegasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: