Proses koalisi dan penentuan calon Wakil Presiden berjalan dengan begitu panjang dan penuh dinamika politik dan beberapa kejutan. Layaknya babak kualifikasi sampai semifinal Piala Dunia Sepakbola yang kemudian menghasilkan dua finalis.
Kejutan pertama, gagalnya Aburizal Bakrie menjadi calon Presiden yang diusung Golkar meskipun meraih suara kedua terbanyak dalam pemilihan legislatif. Kejutan kedua, gagalnya partai petahana Demokrat mengajukan calon Presiden meskipun pemimpin partainya masih menjabat sebagai Presiden RI dan partainya telah menentukan pemenang konvensi calon Presiden yaitu Dahlan Iskan.
Kejutan ketiga, terpilihnya JK dan HR sebagai calon Wakil Presiden. Mengapa ini saya anggap kejutan. Karena ternyata baik Jokowi maupun Prabowo cenderung bermain aman dengan mengambil pendamping yang berpengalaman di dalam pemerintahan. Dan ini menyimpang sedikit dari momentum membangun Indonesia Baru atau Transformasi Indonesia yang selama ini didengungkan kedua calon Presiden.
Sementara perubahan buat masyarakat adalah apabila Jokowi berpasangan dengan Abraham Samad, dan Prabowo berpasangan dengan Machfud MD. Karena masing-masing pendamping dianggap lebih bisa membawa perubahan besar bagi Indonesia yaitu menjadi negara lebih bersih dari korupsi. Sementara JK dan HR dianggap tidak akan bisa.
Kejutan keempat, untuk sementara pasangan PS dan HR unggul dalam komposisi koalisi. Ini menggambarkan lincahnya Prabowo dan Gerindra dalam memainkan permainan lobi dengan strategi "Total Politic". Seperti permainan total football, terutama Prabowo, secara agresif mendatangi lawan maupun kawan politik untuk diajak bicara dan membagi visi dan misi dalam bingkai Program Transformasi Indonesia. Prabowo juga cerdik memanfatkan situasi lapangan politik yang gamang, seperti berhasil menjadikan Machufd MD sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, serta dukungan dari raja dangdut Rhoma Irama dan Ketua PB NU Said Aqil.
Sementara Jokowi dan PDIP sangat tergantung pada figur Megawati yang membuat tim mereka kurang lincah dalam melakukan manuver-manuver politik. Dan hanya menggunakan tema Trisakti dari Bung Karno dan Revolusi Mental untuk menjalin hubungan emosional dengan masyarakat pemilih. Padahal tidak banyak lagi pemilih, terutama pemilih pemula, paham benar tentang kedua konsep tersebut.
Namun demikian, dalam beberapa survei, elektabilitas Jokowi masih di atas Prabowo. Meskipun ada kecenderungan elektabilitas Prabowo juga meningkat.   Namun Jokowi yang berpasangan dengan JK, bahkan diduga akan menang mutlak. Karena pasangan Prabowo yaitu HR meskipun lama di pemerintahan tetapi tidak banyak melakukan terobosan seperti JK. Pelaksanan Program MP3EI pun masih tersendat-sendat dan berjalan di tempat.
Karena itu kedua pasangan calon Presiden/Wakil Presiden harus bekerja keras selama satu setengah bulan ke depan. Di era media sosial sekarang ini, memang persaingan sosok lebih menonjol dibandingkan persaingan ideologi ataupun konsep pembangunan. Ini terlihat saat SBY mengalahkan Megawati, maupun Obama mengalahkan Hillary, John Mc Cain dan Mitt Romney.
Namun demikian karena kedua kandidat calon Presiden memiliki karakteristik yang berbeda, maka pertarungan adu gagasan tentang konsep pembangunan bisa menjadi kunci kemenangan salah satu kandidat. Apalagi kalau gagasan-gagasan tersebut dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami dan dipublikasikan secara gencar melalui media cetak, televisi dan media sosial.
Karena itu perumusan "pesan kunci" (Key Message) akan mejadi sangat penting. Dan ini berarti dukungan organisasi kampanye yang tertata rapih dengan disiplin tinggi akan berperan besar dalam membangun citra calon Presiden di masyarakat pemilih. Terutama dalam mempengaruh pemilih yang belum menentukan pilihannya. Tidak boleh terjadi pesan kunci yang bertentangan sama sekali. Istilah petugas partai adalah salah satu contoh kesalahan fatal dalam membangun pesan di masyarakat.
Berkaitan dengan program kampanye maka faktor dana dan mobilisasi partai pendukung akan sangat berperan. Dengan asumsi akan masih banyak pemilih "transaksional" di lapangan dan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat penghitungan suara, maka ketersediaan dana yang besar menjadi sangat mutlak. Â
Melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden yang relatif seimbang, masyarakat Indonesia akan disuguhkan pertarungan sengit hingga 9 Juli 2014 mendatang. Pada saat itulah masyarakat pemilih sendiri yang menentukan siapa yang akan jadi pemenang. Â
Pada tanggal 17 Mei 1956, di depan Kongres Amerika Serikat Presiden Soekarno berpidato: "Democracy is not merely government by the people. Democracy is also government for people". Kalimat ini mendapat sambutan tepuk tangan luar biasa dari anggota kongres yang hadir.
Karena itu siapapun pemenangnya, masing-masing pihak harus bisa menerima hasil pilihan rakyat untuk pemerintah mendatang. Sikap pandai menang dan pandai kalah harus benar benar dimiliki dan dihayati oleh masing-masing kubu. Agar NKRI tetap utuh dan melangkah tegap menghadapi tantangan masa depan.
Selamat bertarung !!!!
Fritz E. SimandjuntakSosiolog dan tinggal di Jakarta
BERITA TERKAIT: