Menanggapi survei tersebut, Suryadharma Ali menemukan kembali gairah yang selama ini hampir-hampir tenggelam. Aura kebangkitan PPP menemui kenyataan.
“Jika PPP diizinkan oleh rakyat Indonesia memenangkan Pemilu 2014, kami memiliki mimpi-mimpi untuk kesejahteraan rakyat,’’ kata Suryadhar- ma Ali usai kampanye akbar PPP di Tugu Proklamasi, Cikini, Jakarta, Sabtu (5/4).
Berikut kutipan selengkapnya;
Apa saja mimpi-mimpi itu?Pemerataan pembangunan di pusat dan daerah. Selama ini kesenjangan pembangunan salah satunya disebabkan tidak meratanya pendidikan di daerah dan pusat. Perputaran ekonomi, gagasan, dan ide akhirnya menumpuk dan berkutat di pusat.
Sedangkan daerah hanya sebagai penyuplai SDM yang kurang terdidik maupun kurang terampil. Efek negatifnya kota menjadi pelarian orang yang mencari kehidupan ekonomi, interaksi sosial, dan budaya. Daerah semakin hari semakin tertinggal dan merana.
Mimpi yang lain? Kami ingin terfokus perihal pendidikan di Indonesia, dimana anggaran pendidikan yang sudah mendapatkan porsi 20 persen dari APBN masih belum optimal penyerapannya.
Peringatan 100 tahun Indonesia merdeka idealnya Indonesia memiliki infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas internasional dengan akar ke-Indonesiaan yang kokoh.
Bagaimana Anda mendekatkan jarak kualitas SDM di pusat dan daerah? Kita tahu, pendidikan kita belum merata di seluruh ujung Indonesia. Fasilitas pendidikan sampai saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Efeknya kota jadi pelarian orang-orang untuk mencari ilmu sekaligus orang yang mencari ekonomi. Maka dari itu, untuk mengurangi beban sosial di pusat kami akan mendorong pendirian perguruan tinggi unggulan di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Tidak hanya itu, setiap tahun kami akan mengirimkan 100 lulusan teladan dari seluruh universitas ke perguruan tinggi di luar negeri untuk mengambil S2 dan S3 atau kejuruan yang diminati mahasiswa tersebut.
Program kami tidak selesai sampai di situ. Para alumni yang telah menyelesaikan kuliah di luar kami tawari untuk bekerja di BUMN atau luar BUMN sesuai dengan keahlian yang mereka miliki tanpa dikenai ikatan dinas. Mereka benar-benar akan bekerja sesuai passion-nya.
Tidak semua lulusan SMA akan melanjutkan ke universitas, langkah strategisnya?Selain pendirian perguruan tinggi, kami juga akan membangun sekolah kejuruan di semua kabupaten dan kota, sehingga anak-anak memiliki alternatif jika tidak meneruskan ke perguruan tinggi. Mereka akan masuk ke sekolah kejuruan. Pasca lulus, tenaga mereka akan siap pakai di industri yang ada di dalam maupun luar negeri.
Bagi anak-anak yang sudah masuk sekolah non kejuruan, kalau ingin langsung bekerja pasca lulus SMA, akan kami didik di balai latihan kerja yang akan kami siapkan di seluruh kabupaten dan kota. Mereka akan menjadi tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan pasar.
Apa ada kebijakan khusus buat lulusan siswa perempuan?Tidak dapat dipungkiri, tenaga kerja perempuan kebanyakan masih di industri padat karya. Mereka belum banyak terserap di bidang teknologi informasi (IT).
Untuk mencapai kondisi ideal, kami akan menyiapkan sekolah khusus IT bagi siswa perempuan agar terserap di insustri IT di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, banyak anak-anak putus sekolah, ini bagaimana?Kita tidak menutup mata dengan data BPS terbaru itu. Berdasarkan data BPS tahun 2013, rata-rata angka putus sekolah usia 7-12 tahun mencapai 0,67 persen atau 182.773 anak; usia 13-15 tahun sebanyak 2,21 persen, atau 209.976 anak; dan usia 16-18 tahun semakin tinggi hingga 3,14 persen atau 223.676 anak).
Angka putus sekolah dikarenakan biaya sekolah yang tiap tahun semakin tinggi. Sedangkan kebutuhan hidup juga makin tak terjangkau. Alasan logisnya daripada mereka sekolah yang tidak mendapatkan keuntungan secara langsung, mending membantu orang- tua mencari tambahan penghasilan.
Selain itu, para orangtua tidak terbebani dengan biaya-biaya perlengkapan sekolah. Toh, kalau lulus akhirnya bekerja juga, sekalian bekerjanya mulai sekarang.
Mindset seperti ini yang perlu kita ubah. Pendidikan adalah investasi masa depan. Untuk mengubah mindset adalah dengan sungguh-sungguh melaksanakan UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Maknanya adalah negara menjamin seluruh warganya mendapatkan akses pendidikan, termasuk orang miskin.
Mengenai masalah ini, PPP akan segera melaksanakan 4 program agar anak-anak di seluruh penjuru Indonesia dapat menikmati fasilitas pendidikan.
Apa saja program itu?Pertama, segala macam buku panduan dan pelajaran akan disediakan oleh sekolah setempat. Buku-buku tersebut sifatnya pinjam. Setelah selesai, siswa akan mengembalikan ke sekolah. Siswa tidak lagi memikirkan biaya beli buku.
Dari program ini pemerintah akan dapat mengontrol kualitas maupun kuantitas buku, termasuk pemerataannya di seluruh sekolah di Indonesia.
Kedua, kebutuhan baju seragam, tas, dan sepatu sekolah akan disediakan oleh sekolah. Ketiga, siswa miskin akan disediakan subsidi untuk pembelian alat tulis dan biaya transport dari rumah ke sekolah.
Keempat, bagi siswa yang jauh dari sekolah yang tidak memungkinkan tiap hari pergi-pulang, mereka akan disiapkan asrama oleh sekolah terutama tingkat smp sampai perguruan tinggi.
Bagaimana dengan pondok pesantren? Kita mengakui saat ini pesantren masih menjadi nomor dua setelah pendidikan formal. Ke depan, seluruh pondok pesantren dan perguruan tinggi agama akan mendapat perlakuan dan fasilitas yang sama dengan pendidikan formal, termasuk penyediaan buku-buku agama.
Fasilitas olahraga, mata pelajaran seni dan budaya, bagaimana?Nantinya di setiap sekolah akan dilengkapi fasilitas olahraga lengkap, sehingga siswa dapat memilih olahraga yang sesuai bakatnya. Dari situ nantinya prestasi olahraga di Indonesia juga ikut terdongkrak.
Pendidikan seni dan budaya juga menjadi prioritas. Dengan belajar seni budaya Indonesia, mereka tidak kehilangan identitas dan akar keindonesiaannya.
Satu hal tambahan untuk menopang kesiapan secara akademis, kami akan konsisten menerapkan Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. ***