Kata-kata ini pernah diucapkan oleh Presiden Fillipina Manuel Louis Quezon. Dan sepotong sambutannya bisa kita dengar di
http://www.youtube.com/watch?v=PYYPpytf1Qc (klik disini). HARI Rabu 9 April 2014 pemilihan umum legislatif dan senator akan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah Indonesia. Tidak kurang dari 180 juta rakyat lndonesia akan menentukan masa depannya sendiri dengan menyerahkan wewenang kekuasaan politik tahun 2014-2019 kepada sekitar 500 anggota parlemen. Apakah Indonesia bisa lebih baik atau tidak, akan tergantung kinerja mereka dalam menjalankan fungsi legilasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
Pertanyaannya selanjutnya adalah apakah para anggota parlemen tahun 2014-2019 akan mengedepankan kepentingan rakyat, kepentingan Indonesia atau kepentingan partainya. Menarik untuk disimak kritik politisi PKS Fahri Hamzah dan politisi Gerindra Fadli Zon terhadap Jokowi.
Mereka menyatakan bahwa Jokowi akan menjadi presiden boneka. Hal ini menjadi menarik karena sebenarnya pernyataan itu juga menegaskan peran mereka sendiri selama menjadi anggota DPR yaitu lebih menjadi boneka partai, bukan boneka Indonesia.
Lihatlah saat Fahri Hamzah marah-marah karena Presiden PKS saat itu Luthfi Hasan. menjadi pemberitaan besar setelah tertangkap basah dalam kasus suap daging impor, bersama rekannya Fathanah. Dengan seribu satu alasan PKS juga sempat menghalangi upaya KPK menahan beberapa mobil yang diduga merupakan hasil korupsi mantan Presiden PKS tersebut.
Pertanyaan sederhana, bukankan Indonesia sedang gencar-gencarnya memberantas korupsi ? Tapi mengapa Fahri harus menyerang dan mendiskreditkan KPK, bahkan ingin membubarkan KPK. Mengapa Fahri Hamzah tidak secara terbuka membantu membongkar kasus korupsi di tubuh PKS sendiri yang sudah sejak lama dikumandangkan oleh salah satu pendiri PKS Yusuf Supendi? Bukankah tindakan dia itu layaknya sebagai boneka partai dan sebaliknya KPK malah bertindak sebagai boneka Indonesia yaitu untuk kepentingan Indonesia.
Menghadapi pemilihan umum kali ini, beruntung begitu banyak peran media dan lembaga nirlaba yang secara terbuka memberikan informasi tentang calon anggota legislatif baik dari sisi positif maupun negatif. Salah satu media di ibukota mempublikasikan 11 calon anggota legislatif dengan rekam jejak yang luar biasa selama ini. Ada juga yang memberikan akses terhadap calon anggota legislatif yang berbadan seksi, di mana sebelumnya mereka adalah artis yang sering berpakaian seronok dengan menonjolkan tubuhnya dalam beberapa pose.
Dalam kesempatan lain, beberapa lembaga alumni perguruan tinggi memberikan akses informasi tentang calon anggota legislative lulusan perguruan tinggi mereka.
Yang tidak kalah menarik adalah dari Masyarakat Indonesia Pendukung Pemberantasan Korupsi. Mereka melakukan seleksi berdasarkan kriteria Domisili di Daerah pemiliah, usia antara 30-65, mendukung pemberantasan korupsi dan tidak poligami.
Secara terbuka masyarakat dapat melihat hasil seleksi berdasarkan kriteria tersebut melalui situs
http://www.youtube.com/channel/UC0oFrYv5PhNPSoxXnGXtPmw (klik disini). Mudah-mudahan dalam 5 tahun ke depan para calon anggota yang termasuk dalam kriteria tersebut tetap konsisten dalam memerangi korupsi apabila mereka terpilih nantinya.
Partisipasi masyarakat luas dalam menghadapi pesta demokrasi ini memang sangat besar. Terutama dengan bantuan media social. Segala informasi tentang hitam putihnya sebuah partai dan calon anggota legislatif bisa kita lihat dengan mudah. Dengan cara ini dapat diharapakan penurunan partisipasi tingkat golongan putih atau mereka yang absen dari pemilihan umum dibanding pemilihan umum sebelumnya.
Namun demikian, kekawatiran masih menyelimuti pemilih. Dengan hampir 90 persen anggota DPR periode 2009-2014 ikut serta dalam pemilihan umum 2014, sudah ada praduga di benak pemilih bahwa tidak akan ada perubahan besar selama 5 tahun ke depan. Pembangunan infrastruktur di daerah akan tetap tersendat, korupsi masih merajalela baik oleh orang-orang Partai maupun birokrat, serta kemiskinan, ketimpangan, kesempatan kerja masih tetap menjadi momok besar bangsa Indonesia. Ini karena anggota parlemen masih tetap sibuk mengedepankan kepentingan partai bukan kepentingan Indonesia. Ini karena anggota parlemen masih menjadi boneka partai bukan boneka Indonesia.
Padahal tahun 2015 tantangan Indonesia adalah turut serta dalam membangun Komunitas ASEAN, di mana mobilitas produk, jasa, sumber daya manusia, keuangan antar Negara ASEAN sudah tidak ada batasannya lagi.
Sayangnya selama masa kampanye, hampir tidak ada calon legislatif yang menyinggung konsepnya tentang peran Indonesia dalam Komunitas ASEAN 2015. Paling-paling yang mereka singgung adalah bahwa Indonesia harus meningkatkan daya saing potensi daerah dan kuailtas sumber daya manusia. Pertanyaannya adalah bagaimana potensi daerah ditingkatkan daya saingnya juga dengan sumber daya manusianya? Tidak ada juga anggota legislatif yang menyinggung saran Gus Papanek untuk menciptakan 3 juta lapangan pekerjaan per tahun. Kampanye hanya meriah dengan nyanyian dan hiburan saja, bukan dengan konsep membangun Indonesia.
Meskipun demikian pemilihan umum legisltaif dan senator 2014 harus sukses. Diharapkan 180 juta pemilih berbondong-bondong ke kotak suara pada tanggal 9 April 2014 dalam suasana aman dan nyaman. Sebenarnya mereka bukan hanya memberikan suara tetapi juga cek kosong kepada calon anggota legisllatif. Apakah cek kosong itu akan digunakan untuk kepentingan partai atau kepentingan 250 juta rakyat Indonesia, itu semua masih menjadi tanda tanya di hati pemilih. Padahal masa depan Indonesia ditentukan pada hari tersebut. Hanya DOA yang bisa kita panjatkan, semoga pemilihan umum berlangsung aman dan jujur.
[***] Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.
BERITA TERKAIT: