Musim Hujan, Warga Jakarta harus Atasi Persoalan Sampah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 30 Desember 2013, 11:52 WIB
Musim Hujan, Warga Jakarta harus Atasi Persoalan Sampah
ilustrasi
rmol news logo Selain masalah banjir, masyarakat Jakarta harus mewaspadai sampah di musim hujan, bulan Desember hingga Januari. Jika terjadi banjir yang disertai sampah, semakin banyak penyakit yang bisa menyerang warga. Sementara jika pemukiman warga bersih dari sampah, bisa meminimalisir tersumbatnya gorong-gorong atau saluran air lainnya.

Dalam amatan calon anggota DPD RI, Rommy, (Senin, 30/12), sebenarnya sudah banyak kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi sampah, khususnya untuk mencegah banjir dan sampah. Namun, kampanye perilaku bersih atau "jangan nyampah" ini harus terus didukung dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik.

Dari sisi pemerintah, bisa dilakukan penyediaan fasilitas pengakutan sampah dari rumah penduduk hingga tingkat kelurahan dengan cara  memperbanyak fasilitas penjemputan sampah agar tidak tertimbun lama di pemukiman warga.

"Pengangkutan sampah yang rutin ke perkampungan ini bisa mengurangi perilaku warga agar tidak membuang sampah ke aliran kali/sungai. Selain itu, pemerintah bisa menyediakan banyak tong sampah di tempat umum. Karena perilaku nyampah seringkali terjadi karena minimnya/sulitnya menemukan tong sampah di tempat umum," ungkap bekas aktivis Ikatan Remaja Muhammadiyah ini.

Di luar negeri, orang bisa sampai memiliki perilaku menyimpan sampahnya di dalam tas sampai menemukan tong sampah. Diakui, hal itu sangat langka dijumpai di Indonesia. Makanya, perlu penyediaan tong-tong sampah di kendaraan umum misalnya, atau di sepanjang jalan, atau juga di banyak titik di perkampungan warga.

"Misalnya, di Ciracas JakTim hanya ada 2 gerobak sampah yang sudah tidak memadai tapi warga juga berpartisipasi aktif membuat gerobak. Alangkah baiknya jika Pemprov DKI bisa menyediakan sarana gerobak lebih banyak atau mengubahnya dengan mesin/truk pengangkut sampah sehingga sampah tidak akan tertimbun lama disekitar area pemukiman," beberanya.

Dia menjelaskan, sudah banyak contoh kampung-kampung kumuh yang bisa disulap menjadi kampung bersih, dan juga memberdayakan warga untuk mengelola industri sampah yang bisa didaur ulang. Ibu-ibu rumah tangga, atau anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan pun bisa berkreatif dan menghasilkan uang dari bisnis kreatif semacam ini.

"Label bahwa sampah itu hanya dekat dengan kata tukang bersih dan pemulung pastinya bisa diatasi dengan mendiversifikasi jenis pekerjaan yang terkait dengan pengelolaan sampah ini," demikian Rommy. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA