Demikian pendapat yang mengemuka pada Pertemuan ke-19 Conference of Parties (COP) di Warsawa, Polandia, pada Selasa-Rabu (19-20/11) kemarin. Forum tersebut dibuka Executive Director UNEP Achiem Steiner, dengan pembicara dari berbagai kalangan, diantaranya pemerintah, NGO, akademisi, pemerhati lingkungan, dan kalangan bisinis.
COP merupakan otoritas tertinggi dalam kerangka kerja PBB tentang konferensi perubahan iklim (UNFCC) yang bertanggung jawab menjaga konsistensi upaya internasional sesuai tujuan KTT Bumi 1992. Salah satu tujuan utama pembentukan konferensi tersebut adalah mengurangi pemanasan global karena efek gas rumah kaca agar tidak membahayakan iklim dunia.
Anggota COP saat ini berjumlah 195 negara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai salah satu anggota berperan aktif dalam pelaksanaan COP. BPK RI sebagai ketua kelompok kerja audit lingkungan sedunia dipimpin oleh Ali Masykur Musa hadir sebagai delegasi mewakili WGEA dalam forum Climate Action Sustainable Innovation sebagai rangkaian COP-19 yang diadakan oleh UNEP.
Dalam pertemuan tersebut, dia menyampaikan agar industri dan teknologi ramah lingkungan di tingkatkan, pasar karbon yang konsisten dan efisien, kerjasama antar pihak, dan penataan lingkungan dalam rangka pencapaian pembangunan berkelanjutan. "Hal ini penting karena masalah perubahan iklim sudah mengkawatirkan," kata Cak Ali demikian ia disapa, dalam keterangan persnya.
Hasil pertemuan menyimpulkan perlunya kerja sama antar berbagai pihak khususnya kalangan akademisi dengan kalangan bisnis dalam aplikasi teknologi tepat guna selain pentingnya peran kepemimpinan dan kesepahaman antar pihak dalam merealisasikan tujuan mencapai pembangunan berkelanjutan demi masa depan. Cak Ali, calon Presiden Konvensi Partai Demokrat ini menghimbau agar para pengusaha berpartispasi aktif menjaga lingkungan.
[zul]
BERITA TERKAIT: