Kalimat di atas dikirim oleh teman yang kemudian memberikan inspirasi bagi kita dalam menghadapi pemilihan umum 2014.
Pertama, faktor pilihan. Setiap orang harus memilih jalah hidupnya untuk masa depan lebih baik. Apakah pilihan tersebut merupakan langkah besar ataupun langkah kecil. Karena dengan pilihan tersebut kita memiliki akan kesempatan untuk melakukan perubahan.
Pemilu 2014 adalah peluang bagi rakyat Indonesia untuk menentukan arah masa depan Indonesia. Pemilihan umum akan dilaksanakan dimulai dengan pemilihan anggota legislatif dan berujung pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019.
Sayangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti pemilihan umum semakin turun. Pada tahun 1999 partisipasinya sebesar 92,7 persen; tahun 2004 sebesar 84,07 persen; dan tahun 2009 sebesar 71 persen. Sementara untuk Pilkada tingkat partisipasi antara 50-70 persen saja.
Penyebab menurunnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dan pilkada tentu bermacam-macam. Tapi yang paling utama adalah tidak adanya perubahan yang relatif lebih baik bagi kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat cenderung menganggap pemilu dan pilkada sebuah acara dari, oleh dan untuk keuntungan partai politik. Sedangkan sebagian besar masyarakat pemilih bukan anggota partai politik.
Menurut informasi KPU, jumlah pemilih di tahun 2014 sekitar 173 juta orang. Di mana diperkirakan sekitar 22 juta adalah yang pertama kali berpartisipasi dalam Pemilu 2014 karena usianya mencapai 17 tahun. Sedangkan jumlah pemilih pada kelompok usia 17-23 tahun sekitar 30 juta orang.
Faktor kedua adalah kesempatan. Mengapa kita perlu menekankan pentingnya kelompok usia 17-23 tahun untuk menentukan pilihannya pada pemilu 2014? Tidak lain karena pada tahun 2045, atau 100 tahun Indonesia merdeka, mereka masih dalam usia sangat produktif antara 48-54 tahun. Artinya mereka memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi besar bagi Indonesia.
Menurut prediksi Komite Ekonomi Nasional, tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 353 juta orang. Tetapi pendapatan per kapitanya akan mencapai 46.900 dolar AS per tahun. Artinya saat itu Indonesia sudah termasuk sebagai kategori negara maju. Suatu loncatan yang luar biasa mengingat saat ini pendapat per kapita kita baru berkisar antara 3.400 dolar AS per tahun.
Kesempatan untuk tumbuh tersebut harus kita ambil. Adapun beberapa faktor yang menentukan tercapainya prediksi ekonomi sebagai negara maju tersebut antara lain adanya dukungan kuat dari politisi cerdas di lembaga legislatif, birokrasi yang efisien dan profesional, dengan kepemimpinan nasional yang tegas untuk fokus pada kesejahteraan rakyat banyak.
Agar semua komponen bangsa fokus pada pencapaian ekonomi Indonesia sebagai negara maju, perlu ditingkatkan suatu mekanisme di mana pemilih pemula bersama masyarakat lainnya secara proaktif bisa terus menerus menagih janji politisi setelah pemilihan umum terutama di sektor pendidikan, ketrampilan dan kesempatan kerja. Karena hanya melalui sektor-sektor tersebutlah kontribusi besar bisa diberikan pemilih pemula 2014.
Apabila partisipasi pemilih pemula tahun 2014 sangat besar dan kesempatan emas dalam peningkatan pendidikan dan kesempatan kerja sudah diperoleh, maka pemilih pemula tersebut akan akan menjadi generasi "pelopor" bahwa melalui mekanisme pemilihan umum Indonesia bisa melakukan perubahan besar bagi kesejahteraan masyarakat. Pada masa selanjutnya para pemilih pemula tahun 2014 akan menjadi inspirator bagi pemilih pemula tahun 2019, 2024, 2029 dan generasi seterusnya tentang terjadinya perubahaan besar bagi Indonesia melalui mekanisme pemilihan umum dan pemilihan Presiden.
Karena itu sudah saatnya dibuat forum dialog untuk memahami aspirasi pemilih pemula 2014 atas pesta politik pemilihan umum dan pemilihan Presiden tahun 2014. Lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi, LSM, lembaga survei, partai politik perlu lebih aktif melakukan dialog dengan pemilih pemula tentang Indonesia tahun 2045. Karena di tangan merekalah cerah tidaknya masa depan Indonesia. Kita patut ucapkan selamat atas pilihan dan kesempatan dalam menentukan perubahan besar bagi Indonesia kepada pemilih pemula 2014.
Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.
BERITA TERKAIT: