Sejauh ini baru Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik pejabat "paling dekat" yang terserempet kasus suap senilai Rp 7 miliar ini. Sementara kalangan dengan tegas telah meminta agar Jero Wacik mengundurkan diri, atau Presiden SBY memecat Jero Wacik yang merupakan Kepala Komisi Pengawas SKK Migas. Jero Wacik juga pernah menjadi atasan langsung ketika Rudi Rubiandini menjadi Wakil Menteri ESDM antara 2012-2013.
Jero Wacik juga didesak mundur karena KPK menemukan uang sebesar Rp 2 miliar di kantor Sekjen Kementerian Sekjen ESDM, Waryono Karyo. KPK belum bisa memastikan apakah uang itu ada kaitannya dengan suap yang diterima Rudi Rubiandini dari Kernel Oil Pte Ltd (KOPL).
Di sisi lain, cerita tentang kepribadian Rudi Rubiandini juga terus bersileweran mengiringi perjalanan kasus ini. Bagaimana pun juga, banyak anggota masyarakat yang tak bisa langsung percaya bahwa seorang gurubesar ITB, yang terlihat sopan dan sederhana dapat dengan mudah terlibat dalam kasus suap seperti ini. Dengan cara yang terlalu kasat mata pula.
Seorang pejabat tinggi pemerintah mengatakan, pada awalnya dia menaruh harapan besar pada sosok Rudi Rubiandini. Tetapi, sambungnya, ternyata Rudi Rubiandini tidak cukup derajat untuk jadi pejabat yang dapat diharapkan. Rudi Rubiandini, menurut sang pejabat tinggi pemerintah itu, terlalu mudah hanyut dan larut dalam gemerlap kehidupan, sehingga akhirnya mudah dijebak.
Misalnya, soal hobi baru Rudi Rubiandini main golf. Olahraga yang satu ini adalah pintu masuk tradisional yang kerap digunakan mafia atau kartel dan sejenisnya untuk menjebak pejabat-pejabat yang tidak cukup derajat.
"Waktu saya dengar dia tergila-gila golf, saya sudah menduga karier Pak Rudi tidak akan lama lagi," ujar pejabat tinggi ini saat ditemui di kantornya di Jakarta Selatan.
"Saya sering diajak main golf oleh pihak-pihak yang berkentingan dengan bidang pekerjaan saya. Termasuk mereka yang dari luar negeri. Tapi saya selalu menolak. Kalau mereka tanya:
do you play golf? Saya jawab:
I do teach golf. Mereka tahu saya menolak," katanya membagi pengalaman.
Informasi lain mengatakan di balik wajah santun dan polosnya, Rudi Rubiandini adalah sosok yang sangat ambisius. Ini dapat terlihat dari perjalanan kariernya sejak lulus dari Jurusan Teknik Perminyakan ITB tahun 1985.
Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 9 Februari 1962, ini meraih gelar doktor dari Technische Universitaet Clausthal, Jerman, hanya dalam waktu enam tahun sejak meninggalkan ITB. Riwayat kariernya satu dasawarsa terakhir pun memperlihatkan ambisi yang besar.
Setelah menggondol gelar DR. Ing dari Jerman itu, antara 1995 hingga 1998 Rudi bekerja sebagai Sekretaris Jurusan di almamaternya, Teknik Perminyakan ITB. Ia pun pernah menjadi General Manager Sasana Olahraga Ganesha ITB (2001 - 2005), Direktur Penerbit ITB (2005-2006), Dirut PT LAPI-ITB (2006-2007) dan Direktur Operasi & Keuangan PT LAPI-ITB (2007-2010) sebelum pindah ke Jakarta.
Antara tahun 2009-2010 Rudi menjabat sebagai Wakil Ketua TP3M, Kementrian ESDM dan di saat yang hampir bersamaan menjadi penasihat ahli Kepala BP Migas. Disusul menjadi Deputi Pengendalian Operasi BP Migas dan Sekretaris Korporat BP Migas sampai dipilih sebagai Kepala SKK Migas, lembaga yang menggantikan BP Migas, Januari 2013.
Proses terpilihnya Rudi Rubiandini sebagai SKK Migas-1 pun tak lepas dari sifatnya yang ambisius. Dalam rapat yang dipimpin Wakil Presiden Boediono ketika itu, saat tiba pada persoalan siapa yang akan jadi pemimpin SKK Migas, Menko Hatta Rajasa menyebut nama Rudi Rubiandini. Pertimbangan Hatta Rajasa ketika itu sederhana saja. Rudi Rubiandini ketika itu adalah Wakil Menteri ESDM. Sementara lembaga baru ini akan memiliki kaitan yang kuat dengan Kementerian ESDM, belum lagi Menteri ESDM akan menjadi pemimpin Komisi Pengawas SKK Migas.
Celetukan Hatta Rajasa itu langsung disambar Rudi Rubiandini yang juga hadir dalam rapat.
"Saya siap," kata Profesor Rudi.
Karena sedang dalam keadaan darurat menyusul pembubaran BP Migas, akhirnya tanpa banyak pertimbangan pernyataan siap dari Rudi Rubiandini ini pun diamini.
Kejadian ini pula yang barangkali membuat banyak kalangan menduga bahwa Rudi Rubiandini adalah orangnya Hatta Rajasa. Apalagi Rudi Rubiandini juga alumni ITB.
Terlepas dari dua cerita di atas, bukan tidak mungkin masih ada skenario lain, yakni mengorbankan Rudi Rubiandini berkaitan dengan permainan di dalam SKK Migas, khususnya di kalangan elit.
Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa Rudi Rubiandini yang polos dan sederhana yang setelah mendapatkan sebagian dari suap di bulan Ramadan, pulang ke Tasikmalaya dengan kereta api kelas ekonomi, adalah korban dari konspirasi internal.
Mana yang benar dari cerita-cerita ini?
Kita tunggu hasil kerja KPK.
[dem]
BERITA TERKAIT: