Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Catatan Pasca Lebaran

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/adhie-m-massardi-5'>ADHIE M. MASSARDI</a>
OLEH: ADHIE M. MASSARDI
  • Jumat, 09 Agustus 2013, 23:55 WIB
Catatan Pasca Lebaran
DALAM khotbahnya, para khatib salat Ied lazim mengutip hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah yang bunyinya begini: “Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam (bulan) Ramadhan, niscaya ia akan berharap satu tahun itu seluruhnya Ramadhan.”

Kerinduan umat Muslim di muka bumi kepada Ramadhan, seperti sudah banyak diriwayatkan, karena pada bulan ini Allah SWT melimpahkan begitu banyak barokah. Sekurang-kurangnya ada 15 alasan yang bisa Anda googling di internet kerinduan setiap Muslim pada Ramadhan.

Ada tiga poin penting yang saya catat. (1) Semua ibadah pada bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan. (2) Ramadhan sarana meningkatkan ketaqwaan yang dengan (ketaqwaan) itu semua masalah (insya Allah) bisa diterima dengan tawakal sehingga tidak menjadi beban hidup. (3) Turunnya Lailatul Qadar, salah satu malam di bulan (Ramadhan) yang nilainya lebih dari seribu bulan.

Benar, memang tidak ada catatan kerinduan umat Muslim pada Ramadhan karena puasanya, tidak makan dan minum mulai Subuh (dinihari) hingga Magrib.

Mungkin kalau hanya sekadar puasa, sepanjang periode kedua pemerintahan SBY – Boediono, terutama dalam setahun terakhir ini, mayoritas Muslim dan puluhan juta rakyat Indonesia yang non-Muslim sudah terbiasa. Seakan memang ada kebijakan pemerintah untuk memaksa rakyatnya berpuasa.

Makanya, pada Ramadhan 1434 H ini, mungkin akan dicatat umat Islam Indonesia sebagai bulan puasa paling ringan untuk dilaksanakan. Sehingga lebih banyak orang yang berpuasa ketimbang yang tidak.

Mungkin karena itu FPI (Front Pembela Islam) yang Ramadhan tahun-tahun sebelumnya rajin melakukan sweeping di warung remang-remang, kali ini sepi dari buka front dengan publik. Tercatat FPI hanya beraksi di dua kota, Kendal (Jateng) dan Makasar (Sulsel). Itu pun mendapat perlawanan heroik dari masyarakat sekitarnya yang merasa puasanya justru terganggu komplotan intoleran ini.

Kita tidak tahu apakah kebijakan rezim SBY-Boediono menaikkan harga BBM yang mendongkrat kenaikkan semua harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan itu merupakan upaya mengurangi aksi sweeping FPI di bulan puasa?

Faktanya, kenaikkan harga kebutuhan hidup yang nyaris tak terkendali itu memang membuat rakyat Indonesia yang daya belinya terus merosot, harus berpuasa untuk mempertahankan hidupnya. Maka, alhamdulillah, ketika memasuki Ramadhan, ikhtiar (berpuasa) itu oleh Allah SWT diganjar pahala. Insya Allah, SBY dan para anggota kabinetnya yang sukses mengondisikan umat Muslim Indonesia untuk ramai-ramai dan sukarela puasa, juga mendapat ganjaran Allah Aza Wa Jalla setimpal dengan amal perbuatannya.

Makanya, kalau Ramadhan boleh ditafsirkan hanya sekedar bulan untuk menjalani kewajiban berpuasa, sebagaimana diperintahkan Allah pada umat sebelumnya (QS 2:183), Muslim di Indonesia mungkin termasuk yang paling berbahagia. Karena pada hari-hari di bulan setelah Lebaran 1434 H ini, dan entah sampai kapan, masih akan menikmati bulan-bulan harus berpuasa.

Sebab kenyataan dalam kehidupan di negeri yang diperintah oleh rezim SBY-Boediono ini, harga-harga kebutuhan hidup akan terus merangkak naik. Bila sebelumnya kenaikan harga-harga itu didongkrak oleh kenaikkan harga BBM dan memasuki bulan Ramadhan, maka kenaikan harga setelah Lebaran dipicu oleh melemahnya nilai rupiah atas hampir semua mata uang asing, wabil khusus dollar AS.

Mata uang sebuah negara memang mencerminkan kepercayaan masyarakat, di dalam dan luar negeri. Itulah sebabnya, mata uang negara yang ditopang oleh kebohongan dan korupsi yang merajalela, martabatnya akan jatuh di hadapan mata uang negara yang dikelola dengan jujur dan taat hukum.

Tapi selain rupiah yang terus melemah karena rezimnya sangat korup, perekonomian nasional juga kian terperosok karena didorong oleh defisit anggaran berjalan dan defisit neraca pembayaran.

Susah menjelaskan teori defisit ekonomi pemerintahan ini. Tapi kita semua, insya Allah, sudah merasakan dampaknya.

Jadi, selamat Lebaran. Selamat berpuasa lagi…! [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA