Patrol Ramadhan berkaitan dengan ibadah sahur, yaitu sesuatu yang boleh dilakukan sejak dinihari hingga beberapa menit menjelang fajar (salat Shubuh). Jika dinihari disebut sahur, jika petang hari disebut “buka puasa atau iftharâ€. Keduanya merupakan pernik-pernik ibadah yang menyertai puasa Ramadhan. Imam Nawawi Banten menegaskan bahwa sahur itu sunnah Rasulullah saw. Kesunnahan sahur tidak harus dengan mengkonsumsi makanan dan menuman yang sesuai dengan standar kesehatan. Menurut Imam Nawawi Banten, kesunnahan sahur bisa diraih meski hanya dengan meminum seteguk air.
Imam Nawawi berfatwa tentang sahur merujuk kepada sabda Rasulullah SAW, "tasahharu fa inna fis suhur barakah", sahurlah karena dalam sahur terdapat keberkahan. Keberkahan itu nilai positif, kebahagiaan dan kebaikan bersama. Nah, ibadah sahur inilah yang menjadikan budaya patrol Ramadhan muncul dan bertahan hingga sekarang.
Pada awal Ramadhan, patrol tampak semarak. Begitu juga ibadah sahur, sangat dinikmati setiap muslim yang akan puasa Ramadhan. Namun seiring perjalanan hari-hari Ramadhan, biasanya "pasukan patrol" makin tidak bersemangat. Begitu juga ibadah sahur mulai ditinggalkan. Puasa Ramadhan memang tetap sah tanpa sahur, namun tanpa disadari meninggalkan sahur itu mengurangi kesempurnaan bulan Ramadhan. Meninggalkan sahur juga berpotensi melupakan niat puasa Ramadhan, mengabaikan salat tarawih, dan pada akhirnya tidak lagi salat shubuh di awal waktu, atau malah mengqadha’ salat shubuh karena sudah lewat masa waktunya.
Menjalankan ibadah sunnah Sahur memang butuh kemauan keras setiap muslim yang akan berpuasa Ramadhan. Tidak mudah melaksanakan ibadah sahur di setiap malam di bulan Ramadhan. Butuh kedisiplinan untuk melakukan sunnah sahur. Butuh konsistensi untuk tetap mampu bangun tidur hanya untuk beribadah sunnah sahur. Konsekuensi seseorang yang melakukan ibadah sahur memang tidak sederhana. Seorang ulama menegaskan bahwa ibadah sahur itu memang sunnah. Namun ibadah sahur tidak boleh mengganggu kemampuan seseorang untuk salat Shubuh tepat pada waktunya.
Disinilah butuh pelatihan dan kedisiplinan melaksanakan ibadah sahur. Jika seseorang menjadi biasa salat sahur dan terbawa hingga pas Ramadhan maka dipastikan berdampak positif bagi kehidupannya. Salah satu tanda puasa Ramadhan diterima Allah Swt adalah terjadi perubahan positif terhadap daya pikir dan perilaku seorang muslim.
Perubahan mendasar seorang muslim yang mampu menjadikan ibadah sahur sebagai karakter adalah kedisiplinan menjaga waktu. Jika perubahan ini terjadi setelah Ramadhan maka telah terjadi peningkatan kualitas hidup seorang muslim tersebut dibanding sebelum puasa Ramadhan. Inilah salah satu esensi Ramadhan yang diusung oleh ibadah sahur. Terima kasih untuk "pasukan patrol" yang telah berkontribusi menciptakan budaya disiplin di bulan Ramadhan. Selamat berpuasa.
Penulis adalah Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama