Para pemuda yang melakukan inisiatif tersebut hanya dirajut oleh semangat perjuangan untuk Indonesia dengan berbagai latar belakang. Ada kalangan mahasiswa, politisi, guru, agamawan, angkatan perang, wartawan, bahkan seniman dan penyair. Dengan kesadaran bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, meskipun tanpa ada yang mengkoordinir, mereka bersatu dalam satu gerakan yaitu meraih kemerdekaan Indonesia.
Sejak diraihnya kemerdekaan tahun 1945, semangat perjuangan bangsa Indonesia mulai berubah. Yaitu menciptakan kedamaian dunia, keadilaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.Â
Untuk mengisi kemerdekaan RI maka Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY diberi kepercayaan untuk memimpin negara ini agar keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat terwujud dari Sabang hingga Merauke.Â
Dengan berbagai model sistem politik dan kepemimpinan, upaya yang mereka lakukan ternyata masih jauh dari  cita-cita kemerdekaan. Yang baru dapat kita capai adalah pertumbuhan ekonomi. Itupun lebih banyak dinikmati oleh sekelompok orang tertentu. Karena tingkat ketimpangan ekonomi di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut studi yang dilakukan oleh Bank Dunia.
Di bidang lain Indonesia juga telah berhasil membangun negaranya di bidang lain. Seperti pengurangan tingkat buta huruf, pengurangan tingkat putus sekolah, peningkatan tingkat pendidikan dan kesehatan, keterbukaan daerah menerima mobilitas penduduk, perkembangan perkotaan, dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam iklim demokrasi.
Masih jauhnya Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan maka semangat perjuangan dan munculnya pejuang di segala bidang saat ini sangat dibutuhkan.
Kita butuh pejuang di partai politik yang bisa membangun sistem demokrasi, menghasilkan kebijakan untuk kepentingan rakyat banyak, munculnya kader pemimpin masa depan Indonesia yang bersih dari korupsi.
Setelah era reformasi tahun 1998, sebenarnya peran partai politik menjadi pejuang mengisi kemerdekaan kembali ebih besar. Bukan saja dalam mewujudkan kebijakan tingkat nasional maupun daerah, juga dalam menawarkan pemimpin eksekutif dan legislatif baik di tingkat daerah maupun nasional. Partai politik juga sangat berperan dalam membentuk pejuang anti korupsi korupsi telah menjadi musuh utama bangsa Indonesia.
Tetapi sayangnya kesempatan itu tidak dimanfaatkan oleh partai politik. Hingga tahun 2009, calon yang ditawarkan oleh partai politik baik itu di lembaga legislatif maupun eksekutif masih didominasi oleh wajah lama. Calon presiden yang muncul di lembaga survei masih di sekitar Megawati, Prabowo, Jusuf Kala, Aburizal Bakrie, Wiranto atau Surya Paloh. Mereka adalah kader-kader yang sudah tampil sejak masa Orde Baru.
Di tingkat legislatif nasional maupun daerah, bahkan hampir 90 persen calon legislatif yang ditawarkan oleh partai politik masih muka lama. Mereka adalah wakil rakyat yang sebenarnya sangat mengecewakan rakyat banyak. Korupsi pengaturan anggaran, jalan-jalan ke luar negeri, produk kebijakan yang mementingkan kelompok tertentu tidak menggambarkan bahwa mereka adalah pejuang untuk mengisi kemerdekaan RI.
Bukan hanya di lembaga partai politik. Dalam dunia bisnis, dominasi pengusaha yang sudah muncul sejak orde baru juga masih kuat. Sedikit sekali pengusaha yang muncul sesudah era reformasi 1998. Dominasi pengusaha tersebut juga tidak merubah struktur ekonomi Indonesia menjadi negara industri karena masih mengandalkan sumber daya alam dan barang-barang konsumtif.Â
Di kalangan pemuda, baik yang aktif di perguruan tinggi maupun lembaga kemasyarakatan, juga tidak mampu membangkitkan semangat perjuangan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi mereka maupun bangsa Indonesia. Kegiatan mereka seringkali tanpa arah dan hanya membuat suasana politik menjadi lebih riuh saja tanpa ideologi yang jelas.
Ketika Ketua MPR Taufiq Kiemas dipanggil Yang Maha Kuasa pada tanggal 7 Juni 2013, tiba tiba kita diingatkan kembali oleh langkah-langkah yang telah dilakukannya bersama rekan-rekan di MPR. Yaitu pentingnya ideologi nasionalisme Indonesia yang dirajut dalam empat pilar kebangsaan yaitu PANCASILA, UUD 45, BHINNEKA TUNGGAL IKA, NKRI .
Terlepas dari munculnya pro dan kontra atas elemen empat pilar kebangsaan dan figur seorang Taufiq Kiemas, tiba-tiba kita merasa kehilangan seorang tokoh yang tidak pernah berhenti memperjuangkan sebuah ideologi Indonesia. Kita tiba-tiba merasa kembali membutuhkan pejuang yang mampu merajut keIndonesiaan di luar kepentingan partai politiknya sendiri.
Tiba-tiba kita membutuhkan pemimpin yang pro pemuda untuk memimpin Indonesia di masa mendatang. Pemuda yang bukan saja menjadi pemimpin negara ini, tetapi juga pemuda-pemuda yang berani melawan korupsi. Pemuda-pemuda yang berperan besar untuk kepentingan rakyat di lembaga legislatif. Bukan hanya jalan-jalan studi banding ke luar negeri.
Kita juga butuh pemuda pengusaha yang berani memperjuangkan kepentingan ekonomi Indonesia secara keseluruhan dengan menjadikan Indonesia sebagai negara industri. Bukan hanya pengusaha yang mengeruk kekayaan alam tanpa memberikan nilai tambah pada produknya.
Kita butuh pemuda yang aktif sebagai pemimpin agama dan berjuang untuk memberikan kesejukan hati di masyarakat. Bukan kebencian atau kemarahan kepada agama lain.  Begitu sedihnya kita ketika mendengar berita meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori atau yang dikenal dengan Uje. Karena siraman rohani yang dilakukannya telah menghiasi kedamaian hati lintas agama.
Kita juga butuh tokoh pendidikan yang mampu menghasilkan ide ide brilian untuk mempercepat akselerasi penyebaran pengetahuan seperti yang dilakukan oleh Anies Baswedan melalui gerakan “Indonesia Mengajarâ€. Gerakan ini ternyata mampu menggerakkan pemuda untuk jemput bola ke daerah terpencil dan membagi pengetahuan dan ketrampilan kepada pemuda pemudi masa depan Indonesia yang selama ini belum terjangkau meski Indonesia telah merdeka sejak 1945.
Pejuang Politik, Pejuang Ekonomi, Pejuang Pendidikan, Pejuang Agama, Pejuang Sosial adalah yang sangat kita butuhkan mulai saat ini. Masyarakat Indonesia diberi kesempatan membangun sistem dan kondisi munculnya pejuang-pejuang tersebut di tahun 2014 melalui pemilihan umum dan pemilihan Presiden. Janganlah lepaskan peluang itu. Mari kita pilih pejuang-pejuang yang lebih muda dan memiliki integritas kepada perwujudan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia.
[***] Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.
BERITA TERKAIT: