Rizal Ramli: Penguasa Seharusnya Merasa Utang Budi kepada Buruh

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Sabtu, 25 Mei 2013, 21:17 WIB
Rizal Ramli: Penguasa Seharusnya Merasa Utang Budi kepada Buruh
rizal ramli/istimewa
rmol news logo Sudah saatnya para elit tidak lagi menjadikan kaum buruh sebagai komoditas dan objek untuk kepentingan politis semata. Mereka justru harus merasa berutang budi karena buruh selama ini terbukti telah memberikan kontribusi besar dalam mengantarkan para elit ke tampuk kekuasaan.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pembina Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (SP-RTMM), DR. Rizal Ramli, di depan peserta Musyawarah Unit Kerja Luar Biasa SP-RTMM SPSI 1973 PT Kraft Indonesia, di Cikarang, Jawa Barat, Sabtu sore (25/5).

"Di Singapura, penguasa tidak akan mampu bertahan lama bila tidak memperhatikan nasib buruh. Begitu juga di negara-negara Eropa. Bahkan di Brazil, Lula berhasil menjadi presiden karena dukungan buruh. Padahal Lula bukanlah tokoh populer yang bolak-balik muncul di televisi. Karena itu, sudah seharusnya para peminpin di Indonesia benar-benar memperhatikan kaum buruh. Jangan hanya mendekati buruh saat-saat menjelang Pemilu," ujar Rizal Ramli yang juga Capres Paling Ideal versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI).

Pada kesempatan itu, Menko Perekonomian era Presiden Abdurahman Wahid ini juga menyatakan apresiasinya terhadap pimpinan SP-RTMM. Di matanya, pimpinan buruh tersebut benar-benar berakar ke bawah. Mereka mau turun langsung dan memperjuangkan kepentingan anggotanya sampai level bawah.

Kondisi ini sangat berbeda ketika masa Orba. Para pimpinan buruh relatif lebih layak disebut "Kader Jenggot". Mereka bergantung kepada kekuasaan dan tidak mengakar ke bawah. Para pemimpin buruh di masa itu sibuk menempel para pejabat untuk memperoleh berbagai keistimewaan. Sedangkan para buruh mereka jadikan alat bernegosiasi dengan penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

"Saya bangga terhadap pak Sindhu dan pak Djauhari. Meski sudah sangat senior, beliau berdua mau sibuk-sibuk turun langsung membela kepentingan buruh. Saya rasa, para elit negeri ini harus malu. Mereka harus belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik dari para buruh," kata Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini yang disambut tepuk tangan peserta musyawarah.

Bagi para buruh sendiri, kedatangan Rizal Ramli yang dikenal sebagai ikon perubahan menjadi pembangkit semangat. Mereka tidak menyangka tokoh yang sangat dikenal bukan saja di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Rizal Ramli mau datang ke musyawarah buruh di tingkat terendah (unit kerja).

"Kedatangan pak Rizal Ramli membuktikan bahwa beliau benar-benar tokoh yang merakyat. Saya posting kejadian sore ini ke status face book saya. Ternyata respon teman-teman luar biasa. Mereka bilang 'exellent'. Ini benar-benar membangkitkan semangat saya dan kawan-kawan untuk berjuang bagi peningkatan nasib buruh dan untuk Indonesia yang lebih baik. Kita perlu pak Rizal untuk memimpin Indonesia sebagai Presiden," ungkap Ahmad Kertopati, Ketua PUK SP RTMM selama dua periode yang baru saja digantikan.

"Pak Rizal Ramli bukan baru sekarang bersama buruh. Beliau punya rekam jejak panjang berjuang bersama-sama buruh. Yang terbaru, beliau bersama-sama kami memperjuangkan disahkannya Undang Undang tentang Jaminan Sosial Nasional dan dibentuknya Badan Pelaksana Jaminan Sosial. Saya yakin, di tangan pak Rizal Ramli sebagai Presiden, rakyat Indonesia, khususnya kaum buruh, akan bisa lebih sejahtera," papar Muhammad Sindhu, Ketua Umum Pengurus Pusat SP-RTMM. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA