TPGF melihat pertemuan itu berkaitan dengan terjadinya kerusuhan di Jakarta Mei 1998. Dan satu hari setelah TPGF menyampaikan laporannya, informasi yang berkembang seolah-olah pertemuan Makostrad adalah rahasia merancang kerusuhan dan dalangnya Letjen Prabowo.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, beberapa saat lalu (Rabu, 15/5). Fadli pun memastikan bahwa laporan dan kesimpulan TGPF itu menyesatkan
"Saya hadir dalam pertemuan tersebut. Tuduhan merancang kerusuhan jelas fitnah besar. Pertemuan itu hanya silaturahmi dan diskusi tanpa rencana. Dilakukan malam hari 14 Mei setelah Magrib, digagas Adnan Buyung Nasution, Setiawan Djodi, Rendra, Bambang Widjojanto dan lain-lain," tegas Fadli.
Fadli mengatakan bahwa dalam pertemuan itu, Prabowo menyampaikan informasi mutakhir situasi.
Terkait dengan temuan TGPF, Fadli mengatakan bahwa para tokoh yang hadir sudah membantah hasil laporan TPGF itu. Dan secara logika, bagaimana mungkin merancang kerusuhan, sementara huru hara sudah terjadi.
"Pertemuan Makostrad justru bicara mengenai upaya-upaya yang mungkin dilakukan untuk mengatasi situsi saat itu. Laporan TPGF memang dipesan dan diarahkan menyudutkan Prabowo. Hingga kini laporan TGPF soal pertemuan Makostrad tak pernah diluruskan. Ini membuktikan TGPF memang jadi alat politik ketika itu," tegas Fadli.
"Inilah distorsi sejarah yang dibangun ketika itu dalam upaya mencari kambing hitam dan menutupi dalang sesungguhnya. Sehingga yang terjadi pada Pangkostrad Letjen TNI Prabowo adalah
black propaganda, propaganda hitam," demikian Fadli Zon.
[ysa]
BERITA TERKAIT: