Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Najib Razak: Dari 1Malaysia Menuju 1ASEAN

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/fritz-e-simandjuntak-5'>FRITZ E. SIMANDJUNTAK</a>
OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK
  • Selasa, 30 April 2013, 07:55 WIB
Najib Razak: Dari 1Malaysia Menuju 1ASEAN
“The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant. Max DePree

Kalimat di atas menggambarkan karakteristik kepemimpinan Najib Razak, yang sejak tahun 2009 menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Sesaat Najib menggantikan Abdullah Ahmad Badawi tahun 2009, Najib meluncurkan konsep “1Malaysia : People First, Performance Now” sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi oleh Malaysia. Sebagai politisi lebih dari 30 tahun, Najib menyadari adanya keragaman di Malaysia baik itu dilihat dari ras, agama, bahasa dan kebudayaan ataupun perbedaan sikap politik dengan oposisi.

Keragaman itu harus dijadikan kekuatan. Karena itu filosofi 1Malaysia harus dijadikan dasar bagi masyarakat Malaysia dalam berinteraksi sebagai upaya membangun kesatuan nasional.

Untuk membuktikan filosofi 1Malaysia tadi, langkah pertama yang dilakukan Najib di hari pertama pemerintahannya adalah mencabut larangan terbit dua surat kabar oposisi, Suara Keadlian dan Harakah Daily. Dilanjutkan dengan membebaskan 13 orang yang ditahan dengan menggunakan Internal Security Act.

Sebagai Perdana Menteri dan kepala pemerintahan, Najib menyadari bahwa kepentingan rakyat harus diutamakan. Perwujudan dari “People First” adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Najib harus benar-benar memberikan manfaat bagi rakyat banyak.

Saat menerima kepercayaan untuk memimpin Malaysia, kondisi ekonomi dunia sedang melemah akibat krisis ekonomi global tahun 2008 terutama yang melanda Amerika Serikat dan Eropa. Mengantisipasi kondisi yang tidak menentu Najib melakukan liberalisasi pada 27 sektor jasa dan juga liberalisasi dalam sektor keuangan.

Di samping itu Najib melakukan berbagai perbaikan kebijakan di bidang pendidikan, reformasi di pegawai negeri sipil di mana kalangan profesional di sektor swasta bisa menempati jabatan tinggi di pemerintahan, dan juga transformasi sektor pemerintahan melalui sistem evaluasi pencapaian yang diperoleh para menteri di kabinetnya. Tujuannya adalah agar pemerintah lebih efektif dan mempersiapkan Malaysia menjadi negara maju.

Transformasi di sektor pemerintahan ini fokus pada 7 area kebijakan yang diperoleh dari masukan masyarakat melalui survai. Adapun 7 area kebijakan yang dipimpin oleh seorang menteri tersebut antara lain: berkurangnya tingkat kriminalitas, perang melawan korupsi, meningkatnya lulusan sekolah, peningkatan standar hidup bagi keluarga berpenghasilan rendah, perbaikan dalam infrastruktur di pedesaan, perbaikan transportasi publik di perkotaan dan perbaikan biaya hidup. Kesemuanya itu adalah bentuk nyata dari slogan Najib “Performance Now”

Pada tahun 2011 Najib melengkapi rancangan kebijakanny yang tertuang dalam National Transformation Policy (2011-2020). Bagi Perdana Menteri Najib Razak, National Transformation Policy merupakan komponen akhir dalam mewujudkan visi Malaysia untuk menjadi: negara dengan pendapatan tinggi pada tahun 2020. Pada tahun 2020 Malaysia tidak hanya menjadi negara dengan ekonomi yang prograsif, tetapi juga demokrasi yang sehat.

Agar komunikasi dengan seluruh rakyatnya dapat terjadi setiap waktu, sekaligus untuk memahami pemikiran Najib Razak tentang kebijakan kebijakan yang dikeluarkan, maka pemanfaatan media sosial seperti website, twitter, facebook, youtube juga dilakukan oleh Najib. Diawali dengan situs www.1malaysia.com.my secara rinci kita bisa melihat pemikiran-pemikiran dan komunikasi interaktif antara Najib dengan masyarakat.

Tidak kalah menarik adalah lembaga Pemandu yang bertanggung jawab terhadap Program Transformasi Pemerintah, juga memiliki situs http://www.pemandu.gov.my/gtp/. Dari situs tersebut secara terbuka kita bisa melihat informasi dan data-data tentang perencanaan dan pencapaian dari masing-masing area kebijakan prioritas pemerintah Malaysia.

Kembali pada kalimat dari Max Depree di atas terlihat sekali gaya kepemimpinan melayani kepentingan rakyat telah menjadi salah satu karakteristik Najib Razak.

A.J. DuBrin (1995) mendefinisikan kepemimpinan melayani adalah orang yang menempatkan kepentingan publik di depan kepentingannya pribadi. Dalam kasus Najib Razak, terlihat sekali upaya dia untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, termasuk tingkat ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

Seorang pemimpin yang melayani akan mendengar aspirasi rakyatnya dahulu untuk memahami lebih jelas tentang harapan, masalah dan kondisi sebenarnya yang dihadapai rakyatnya. Hal itu diwujudkan oleh Najib melalui 7 area kebijakan prioritas di mana setiap area memiliki ukuran pencapaian tersendiri.

Apa yang dilakukan oleh Najib dalam konsep 1Malaysia mestinya juga dapat dilihat oleh setiap kepala negara di ASEAN untuk melahirkan konsep 1ASEAN atau integrasi kebijakan negara-negara ASEAN dalam menghadapi negara negara Eropa, Amerika Serikat, Cina, maupun India.

Misalnya di bidang perbankan dan telekomunikasi. Dengan penerapan teknologi informasi, dunia perbankan di ASEAN bisa saja terintegrasi sistemnya. Sementara penerapan tarif lokal dalam melakukan komunikasi antara negara ASEAN bisa saja diterapkan sehingga biaya komunikasi bisa lebih efisien.

Di bidang tenaga kerja, persyaratan ijin kerja di antara negara ASEAN bisa saja dihapuskan sehingga mobilitas kerja antar negara ASEAN bisa lebih baik. Pada sektor properti, kemudahan memiliki properti bisa dilakukan bagi warga negara di lingkungan ASEAN.

Dari sisi pemasaran politik, maka Najib Razak dengan “1Malaysia : People First, Performance Now” sudah menjadi sebuah brand yang sedemikian kuatnya. Bahkan lebih kuat dari brand partai partai politik baik yang tergabung dalam Barisan Nasional maupun partai-partai oposisi. Karena apa yang dijanjikan Najib melalui slogannya tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Malaysia.

Menghadapi pemilu 2013, kekuatan brand Najib tersebut mestinya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih. Namun demikian, dalam sistem demokrasi tentu saja setiap pemilih akan menjadi penentu utama kepemimpinan Malaysia di masa mendatang. Itulah eloknya berdemokrasi.

Selamat kepada rakyat Malaysia dalam mewujudkan demokrasi bersih dan damai!!! [***]

Penulis adalah seorang sosiolog dan penggiat pemasaran.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA