Adinda rencananya bakal menjadi manajer tim yang mewakili Indonesia di ajang piala dunia FEI. Namun rencana tersebut berantakan setelah Adinda diduga menjadi korban malapraktik salah satu dokter di Jakarta. Selain menjadi manajer, Adinda juga menjadi sponsor dan penyedia kuda bagi atlet yang tampil di kejuaraan dunia tersebut.
"Kami sangat menyayangkan. Saya juga sudah menerima laporan itu. Saya ingin mengecek langsung ke pihak KONI atau pun ke tim equestrian sendiri, apa yang terjadi," kata Roy Suryo kepada wartawan di Kantor Kemenpora Senayan, Jakarta, Kamis (21/3) malam.
Lebih lanjut mantan anggota DPR itu berharap Adinda tetap semangat dan tidak berputus asa.
"Jangan putus asa dengan kejadian ini ataupun dengan kasus ini karena apapun bisa terjadi," hiburnya.
Kejadian malapraktik itu berawal 13 November 2012 lalu. Saat itu, Adinda ingin memeriksakan kondisi fisiknya ke salah seorang dokter spesial tulang di salah satu rumah sakit swasta yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan mendapatkan suntikan tramal (pain killer) dalam dosis di atas normal serta menjalani pengobatan di antaranya infus aclasta selama tiga hari (17-20 November),
kondisi Adinda justru kian memburuk.
Padahal, sebelum menemui dokter tersebut, Adinda masih sempat berlomba bahkan meraih empat medali di Kejurnas EFI, Sentul, Jawa Barat, 9-11 November 2012.
Ibu tiga anak itu sempat merasakan demam tinggi, berat badan naik hingga sembilan kilogram. Tak hanya itu, wajahnya membengkak dan mati rasa, punuk menebal, badan biru-biru, tremor, sakit kepala yang luar biasa, dan ngilu pada sekujur tulang serta ototnya sehingga harus menggunakan kursi roda.
Kondisi ini membuat ia tak hanya batal mengikuti ajang FEI Rolex World Cup 2013, tapi juga terancam tidak bisa mengikuti beberapa even internasional seperti FEI CDI Young Rider di Malaysia, Indonesian Grand Prix dan persiapan turnamen Pra SEA Games Myanmar.
[wid]