WAWANCARA

Mahfud MD: Bukan Saya Saja Yang Dinilai Taufik Layak Jadi Capres PDIP

Selasa, 05 Maret 2013, 10:03 WIB
Mahfud MD: Bukan Saya Saja Yang Dinilai  Taufik Layak Jadi Capres PDIP
Mahfud MD
rmol news logo Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD tidak merasa tersanjung dinilai layak menjadi capres dari PDIP.

“Pernyataan Pak Taufik Kiemas itu kan bentuk pujian saja. Belum tentu berpengaruh secara politik,’’ kata Mahfud MD kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
  
Seperti diketahui, politisi senior PDIP Taufik Kiemas mengatakan, tidak masalah Mahfud MD maju dalam Pilpres 2014 melalui kendaraan PDIP.

Ketua MPR itu menyampaikan pandangan tersebut saat ditanya Rosiana Silalahi yang menjadi host launching buku biografi Mahfud MD di gedung MK, kemarin.

Mahfud MD selanjutnya mengatakan, pernyataan Taufik itu hanya bentuk dukungan secara verbal.
 
“Saya kira tidak ada muatan politik apa pun. Saya kan sudah mengenal Pak Taufik yang suka memuji orang,’’ ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya;

Anda menganggap ini pujian semata?

Ya. Makanya nggak usah ditanggapi lebih dalam lagi. Saya kira ucapan Pak Taufik itu sifatnya umum. Dari dulu saya tahunya beliau orang yang baik dan pintar memberikan sanjungan.

Bukankah sanjungan itu layak bagi Anda?
Itu rakyat yang menilai. Yang jelas, Pak Taufik selalu memuji orang seperti itu. Bukan saya saja yang dinilai Pak Taufik layak menjadi capres dari PDIP. Tokoh-tokoh lain juga disanjung layak menjadi capres.

Siapa saja yang suka disanjung Taufik?
Siapa pun orang yang baik selalu disebut beliau pantas dicalonkan dari PDIP. Anda kan tahu bahwa tokoh yang sudah disebut-sebut sebagai capres atau cawapres dari partai itu.
 
Selain tentunya Ibu Megawati Soekarnoputri, ada juga Sri Sultan Hengku Bowono X, Jokowi, Puan Maharani, dan saya.

Nama-mana itu masih alternatif, belum spesifik kepada figur seseorang.  Keputusan nanti,  pasti di internal mereka.

Bukankah peluang Anda cukup besar?
Saya tidak mau menanggapi yang masih awang-awang. Untuk menjadi capres atau cawapres dari parpol besar seperti PDIP, itu nggak gampang.

Tentu ada mekanismenya. Mereka jaring nama dulu. Kemudian dikonsolidasikan, baru ditetapkan.

Nama Anda kan bukan sekali ini saja disinggung, sudah berkali-kali?

Betul.  Saya cuma bersyukur saja ya. Tapi itu kan  hanya wacana politik saja. Tidak sungguh-sungguh. Sebab, belum tiba waktunya.

Apa sikap Taufik setelah membaca buku biografi Anda?
Ketika beliau membaca tuntas buku biografi saya itu, Pak Taufik juga menyanjung saya sebagai capres potensial.

Kemudian disebut nama Mas Pramono Anung yang cocok bila disandingkan dengan saya.
     
Bagaimana reaksi Pramono Anung?
Mendengar ucapan seperti itu, Mas Pramono dan saya cuma tersenyum saja.

Artinya, itu hanya ucapan lepas saja?
Dari perbincangan saya sama beliau, saya tahu arah pilihan capresnya selalu memuat dua hal positif. Beliau selalu menginginkan tokoh masyarakat yang baik dan mempertahankan gerakan empat pilar kebangsaan. Nama saya disebut beliau salah satunya. Tapi belum ada pembicaraan serius.

Taufik sempat memberi jas dan jam, bukankah itu pertanda Anda begitu dekat dengannya?
Ketika saya masih menjadi Menteri Pertahanan di era Gus Dur, tahun 2000, waktu itu saya masih keliatan lugu, kayak anak kampus. Maklum dari kampung. Dua minggu menjabat, saya dapat jas, jam rolex, sepatu dan dasi biar keliatan lebih keren. Pemberian itu hanya wujud apresiasi beliau saja.

Pemberian itu  dipermasalahkan?
Tidak. Zaman dulu kan belum ada Undang-Undang Gratifikasi KPK maupun regulasi KPKPN. Setelah ada, saya laporkan dicatat resmi. Kalaupun diaudit sekarang bakal bebas dari persoalan hukum.

Istri mendiang Gus Dur, Sinta Nuriyah, mendukung Anda menjadi capres, ini bagaimana?
Saya tegaskan bahwa sampai saat ini belum ada maksud nyapres. Saya masih suka jalani aktivitas saya sebagai hakim konstitusi.

Dukungan beliau (Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid) itu hanya baru informasi apresiasi politik. Untuk menentukan capres masih lama. Dari 10 parpol peserta Pemilu 2014, masih banyak yang belum memastikan capres-cawapres. Dukungan itu tidak tepat dianggap realitas politik.  

Anda terkesan malu-malu atau ini taktik biar tak terlihat ambisius?

Saya akui banyak orang berpendapat seperti itu. Tapi saat ini saya masih Ketua MK. Tidak boleh bicara posisi diri ke depan, termasuk nyapres. Publik juga harus mengerti posisi saya. Selama jadi pejabat hukum, saya tidak etis bicara itu. Setelah berhenti, baru saya ambil sikap.

Oh ya, capres seperti apa yang menang nanti?
Tentunya pilihan Tuhan, ada dukungan parpol, dan didukung rakyat. Siapa pun yang memenuhi itu, tidak berhak menolak. Sekarang kan aneh, setiap orang pingin nyapres. Nggak jadi, malah frustrasi. Intinya harus sadar kemampuan diri, lihat dukungan dan lebih tahu diri.

Apa tantangan yang dihadapi presiden ke depan?
Masih banyak masalah yang belum diselesaikan. Kita bersyukur punya lima presiden yang pintar dan bermental baja. Tapi masalah di negara kita, bukan saja kompleks, tapi juga berat.

Sejak reformasi, publik maunya segala urusan kelar instan. Makanya, presiden selalu dapat hujatan dari berbagai pihak.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA