Misalnya, gaya kepemimpinan humanis, budaya transparansi publik, peluncuran Kartu Jakarta Sehat (KJS), peluncuran Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan penambahan armada bus Trans-Jakarta. Namun, di tiga bulan pertama itu pula pasangan pemimpin Jakarta itu mendapat cobaan berat dari bencana banjir dahsyat.
"Gerindra sebagai partai pengusung Jokowi-Ahok pada Pemilukada DKI kemarin bersama PDIP, cukup puas atas kinerja mereka selama 100 hari ini, termasuk kesungguhan dan tanggungjawabnya dalam menghadapi banjir kemarin," kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat, lewat pesan elektronik, siang ini (Rabu, 23/1).
Martin katakan, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa selama 100 hari pertama ini, Jokowi-Ahok berhasil merebut hati rakyat. Penduduk Jakarta cukup terkesan dengan tindakan-tindakannya turun langsung ke lapangan, menyapa rakyat dan mengecek sendiri kondisi yang dihadapi di lapangan.
"Begitu juga ketegasan untuk meminta dinas-dinas pemerintah provinsi memotong anggarannya secara signifikan, sangat diapresiasi. Sudah rahasia umum hampir Rp 50 triliun anggaran DKI tercecer," ujar Martin.
Jokowi-Ahok juga berani mendatangi KPK meminta lembaga itu proaktif mengawasi korupsi di Pemda DKI. Martin mengklaim, banyak masyarakat yang tidak memilih pasangan itu pada Pilkada lalu, turut mengacungkan jempol.
"Begitu juga teman-teman di DPR yang sebelumnya selalu bernada sumbang, sekarang sudah mulai memujinya karena kebijakan mereka sangat populis," jelas anggota Komisi III itu.
Dampaknya, tandas Martin, rakyat di daerah sekarang merindukan calon Gubernur, Bupati dan Walikota yang merakyat dan tidak berusaha memperkaya diri sendiri atau mengumpulkan uang untuk mengembalikan biaya kampanye.
Menurut Martin, Presiden SBY pun memilih untuk mengikuti gaya kepemimpinan yang sering turun ke bawah. Hal tersebut dianggapnya positif.
[ald]
BERITA TERKAIT: